About Me

Foto Saya
mujiantono
Saya adalah seorang guru Matematika di sebuah sekolah swasta di Bontang Kalimantan Timur. Saya sangat senang dengan profesi saya sebagai guru, karena disini saya mendapatkan banyak tantangan, mendapatkan banyak ilmu, banyak karakter dan banyak lagi. Selain itu banyak dinamika yang terjadi setiap saat.
Lihat profil lengkapku
Jumat, 17 September 2010

Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Tazkiyatun Nufus
9/9/2010 | 00 Syawal 1431 H | Hits: 5.579
Oleh: Tim dakwatuna.com

Ilustrasi (artfulplayground.com)

dakwatuna.com – Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

“Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim).

Filosofi pahala puasa 6 hari di bulan Syawal setelah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan sama dengan puasa setahun, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya:

1. Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya’ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Taala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: “Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya.” Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.

4. Puasa Ramadhan – sebagaimana disebutkan di muka – dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya ‘ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah ‘Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.

5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.

Sebaiknya orang yang memiliki utang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan utangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.

Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Taala pada bulan Ramadhan adalah disyariatkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya: ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.

Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan sahabatnya.

Sekaranglah Waktunya Kita Memimpin Perubahan Di Negeri Kita

Khutbah Idul Fitri 1430 H:
18/9/2009 | 28 Ramadhan 1430 H | Hits: 3.950
Oleh: Muhammad Anis Matta, Lc.

ألله أكبر 9× ألله أكبر كبيرا والحمد لله كثبرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله و الله أكبر ألله أكبر و لله الحمد.

الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين وأشهد أنْ لا إله إلاالله وحده لا شريك له ربَّ الْعالمين وإلَهَ المُرْسلين وقَيُّوْمَ السَّمواتِ والأَرَضِين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوثُ بالكتابِ المُبين الفارِقِ بَيْنَ الهُدى والضَّلالِ والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين والصَّلاةُ والسَّلامُ عَلى حَبِْيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين.أما بعد،

فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ،

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) الأعراف

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (55) النور

” وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124)” طه

Allah Akbar..Allah Akbar..Allah Akbar..Walillahilhamd..

Berakhirlah sudah masa pembinaan dan penempaan jiwa itu, hari ini. Sebulan penuh kita kembali kepada siklus spiritual kita, untuk kemudian berjuang, dengan energi jiwa yang terbarukan, membangun masyarakat, memakmurkan bumi dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua. Kita berharap semua ibadah yang kita lakukan, mulai dari puasa, taraweh, tahajjud, tilawah, i’tikaf, membayar zakat, diterima di sisi Allah swt. Semoga Allah swt berkenan memberi kita semua berkah Ramadhan, dari pengampunan, rahmat hingga pembebasan dari neraka. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Allah Akbar..Allah Akbar..Allah Akbar..Walillahilhamd..

Maka bersujudlah lebih dari 1,3 milyar penghuni bumi hari ini, mensyukuri kemenangan dalam kepasrahan, menyatakan kegembiraan dalam derma, menabur kebajikan untuk menciptakan taman kehidupan yang damai, adil dan sejahtera. Sekitar 1500 tahun lalu, seluruh muslim yang ikut dalam kafilah Haji Wada bersama Rasulullah saw pada tahun ke-10 Hijrah, hanya berjumlah 100.000 sampai 125.000 jiwa. Jumlah itu setara 1 per 1000 dari total penduduk bumi ketika itu, yang berjumlah sekitar 100 juta jiwa. Secara merata, dapat dikatakan bahwa setiap 100 tahun, atau 1 abad, jumlah umat Islam bertambah hampir sekitar 100 juta jiwa, atau sekitar 1 juta pertahun, atau sekitar 3000 orang setiap hari. Jika perbandingan antara penduduk Muslim dengan penduduk bumi di zaman Rasulullah saw adalah 1 per 1000, maka perbandingannya hari ini adalah 1 per 5. Jadi sekitar 20% penghuni bumi ini adalah muslim.

Itu sungguh fakta sejarah yang luar biasa. Bahwa populasi pemeluk agama ini terus bertambah di tengah seluruh upaya musuh-musuhnya untuk menghancurkannya dengan berbagai cara. Lihatlah bagaimana dendam orang-orang Persi yang kalah berujung dengan pembunuhan Umar bin Khattab. Lihatlah bagaimana pasukan Tartar menghancurkan Bagdad pada abad V Hijrah. Lihatlah bagaimana pasukan Salib menduduki Palestina selama lebih 90 tahun. Lihatlah bagaimana Eropa kembali menjajah hampir seluruh Dunia Islam sejak abad ke 16 hingga pertengahan abad ke 20, termasuk Indonesia yang dijajah Belanda lebih 350 tahun dan Aljazair yang dijajah lebih dari 125 tahun. Tapi agama ini terus bertumbuh dan berkembang. Pemeluknya terus bertambah tanpa henti. Bahkan beberapa bulan lalu, Vatikan mengeluarkan sebuah pernyataan resmi bahwa jumlah pemeluk agama Islam di seluruh dunia sudah lebih banyak dari pemeluk agama Katolik yang hanya berjumlah 17%. Walaupun jumlah umat Kristiani tetap lebih banyak jika disatukan, yaitu sebesar 33%, tapi Vatikan meyakini bahwa jumlah pemeluk Islam akan terus bertambah dan akan mengalahkan jumlah seluruh umat Kristiani dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Itulah fakta sejarah yang luar biasa. Itulah fakta yang membenarkan janji Allah swt: (Al Shaff: 8-9).

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9)

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.” As-Shoff 8-9

Allah Akbar..Allah Akbar..Allah Akbar..Walillahilhamd..

Apa yang tidak disadari musuh-musuh Islam itu adalah fakta bahwa seluruh kehidupan ini berjalan dalam kendali Allah swt, dan bahwa seluruh hati dan jiwa manusia ada dalam genggamanNya. Jadi sementara Barat terus menerus memusuhi Islam dan tanpa henti melakukan berbagai makar dan konspirasi, di bumi Eropa jutsru terdapat sekitar 100 juta muslim, yang berarti sekitar 25% dari total penduduk benua itu. Begitulah cara Allah swt menyatakan kekuasaanNya, maka Ia berfirman: (Al Anfal: 18 dan 59).

ذَلِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ مُوهِنُ كَيْدِ الْكَافِرِينَ (18)

“Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan Sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.” Al-Anfaal 18

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ (59)

Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).al-Anfaal 59

Selama hampir 2 dekade sejak keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1990an, Barat percaya bahwa kapitalisme ditakdirkan menjadi akhir dari sejarah pencarian ideologi manusia. Tapi sekarang, setelah runtuhnya lembaga-lembaga keuangan raksasasa di Wall Street, Amerika Serikat, sejarah kembali mengirim sinyal kuat bahwa keruntuhan kapitalisme kini sedang berlangsung. Umat manusia kini berada pada persimpangan sejarah; sebab pergantian peradaban sedang berlangsung di muka bumi atas kehendak langit. Dulu Rasulullah saw dibangkitkan menjelang keruntuhan Persi dan Romawi. Sekarang situasi sejarah terulang kembali; peradaban Barat dan Timur kini di ambang keruntuhan. Dan agama ini, kata Rasulullah saw,

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلَا يَتْرُكُ اللَّهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللَّهُ بِهِ الْإِسْلَامَ وَذُلًّا يُذِلُّ اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ وَكَانَ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ يَقُولُ قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ فِي أَهْلِ بَيْتِي لَقَدْ أَصَابَ مَنْ أَسْلَمَ مِنْهُمْ الْخَيْرُ وَالشَّرَفُ وَالْعِزُّ وَلَقَدْ أَصَابَ مَنْ كَانَ مِنْهُمْ كَافِرًا الذُّلُّ وَالصَّغَارُ وَالْجِزْيَةُ. رواه أحمد

“Niscaya agama ini akan menjangkau seluruh pelosok bumi selama malam dan siang menjangkaunya, dan Allah tidak membiarkan rumah kota dan pelosok (badui) kecuali Allah memasukkan agama ini dengan kemulyaan orang yang mulya dan kehinaan orang yang hina…. ”. (HR Imam Ahmad)

Allah Akbar..Allah Akbar..Allah Akbar..Walillahilhamd..

Maka siapkanlah dirimu wahai umat Islam untuk kembali mengambil alih kepemimpinan dunia. Patrikanlah kembali semangat dakwah Mus’ab Bin Umaer yang mengislamkan Madinah. Patrikanlah kembali semangat penaklukan Khalid Bin Walid yang mengalahkan Romawi di Yarmuk. Patrikanlah kembali semangat penaklukan Saad Bin Abi Waqqas yang mengalahkan Persi di Qadisiyah. Patrikanlah kembali keagungan Umar Bin Khattab saat membebaskan Al Aqsha. Patrikanlah kembali semangat pertarungan Al Muzaffar Quthuz yang mengusir pasukan Tartar di Ain Jalut. Patrikanlah kembali semangat pembebasan Salahuddin Al Ayyubi yang mengusir pasukan Salib di Hittin. Patrikanlah kembali semangat pemimpin muda Muhammad Al Fatih yang membebaskan Konstantinopel pada umur 23 tahun. Semangat pembelaan, pertarungan, penaklukan adalah ciri-ciri utama pada peradaban yang siap untuk memimpin.

Mari kita bangkit di semua lini kehidupan. Mari kita bangkit dan mengambil alih kepemimpinan dalam kesenian dan kebudayaan seperti novel dan film Ayat-ayat Cinta yang telah mencatat rekor sejarah perfileman Indonesia. Mari kita bangkit dan mengambil alih kepemimpinan dalam kemasyarakatan dengan menyebarkan kebajikan sosial dan mendukung semua lembaga-lembaga charity yang ada. Mari kita bangkit dan mengambil alih kepemimpinan dalam bidang pendidikan dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas lembaga-lembaga pendidikan kita. Mari kita bangkit dan mengambil alih kepemimpinan dalam bidang ekonomi dengan menyebarkan semangat kewirausahaan dan mendorong munculnya pengusaha-pengusaha muslim. Sebab menjadi sejahtera adalah perintah agama kita. Mari kita bangkit dan mengambil alih kepemimpinan dalam bidang politik dengan mendukung partai-partai Islam dan mengakhiri dominasi partai-partai sekuler. Mari kita bangkit dan mengambil alih kepemimpinan di negeri ini, sebab kita adalah mayoritas dan tidak boleh kita memperlakukan diri kita sebagai warga kelas dua. Jangan lagi kita merasa minder, tidak percaya diri, sebab Ramadhan mengajarkan kita untuk menjadi kuat dan tegar. Sudah saatnya kita memandang Indonesia seutuhnya sebagai amanat Allah yang dibebankan kepada kita untuk membangunnya. Indonesia adalah tanah tumpah darah kita, disini kita tumbuh dan meminum airnya serta memakan tanamannya. Biarlah dengan Islam kita rubah wajah Indonesia yang suram menjadi negeri yang dipenuhi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan. Biarlah dengan Islam kita rubah wajah Indonesia yang kelam menjadi negeri yang nyaman dihuni karena dipenuhi berkah langit dan bumi.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)

“ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS: Al-A’raf 96)

Allah Akbar..Allah Akbar..Allah Akbar..

Mari kita gunakan segenap energi Ramadhan kita untuk memimpin perubahan di negeri kita. Mari kita benahi negeri kita setelah kita selesai membenahi diri kita sendiri selama bulan Ramadhan. Mari kita bawa ruh Ramadhan ke dalam pergulatan hidup sehari-hari yang nyata. Mari kita penuhi panggilan sejarah untuk memimpin perubahan di negeri tercinta ini. Mudah-mudahan setelah itu Allah berkenan mentakdirkan negeri ini memimpin perubahan ke seluruh dunia. Sebab sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka sendiri yang merubah diri-diri mereka.

DOA

Ya Allah, untuk-Mulah segala pujian dan syukur kami, dari-Mulah semua kebaikan dan keutamaan dunia dan akhirat berasal, kami persembahkan seluruh pujian ini keharibaan-Mu sesuai dengan keagungan wajah-Mu yang mulia…

Ya Allah, sungguh kami telah menzalimi diri-diri kami, jika tidak karena rahmat dan ampunan-Mu niscaya kami pasti tergolong orang-orang yang merugi…

Ya Allah, Engkaulah yang mengetahui seluruh rahasia, melihat semua denyut nurani… Ya Allah, janganlah Engkau menyiksa kami karena dosa-dosa kami, janganlah Engkau pupuskan harapan kami pada-Mu karena dosa-dosa kami, janganlah Engkau mengusir kami dari lingkaran rahmat-Mu karena dosa-dosa kami…Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa kedua orang tua kami serta dosa-dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau menyimpan secuil pun rasa iri dan dendam kepada orang-orang yang beriman..Ya Allah, sungguh Engkau maha Lembut lagi Maha Penyayang…Ya Allah ampunilah dosa-dosa kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup dari meeka maupun yang telah meninggal, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan (senantiasa) Mengabulkan semua doa-doa serta Memenuhi segala hajat manusia…

Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi perisai kebaikan bagi segenap urusan kami…perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kami kelak kembali…perbaikilah dunia kami yang menjadi tempat penghidupan kami…Ya Allah, jadikanlah sisa hidup kami sebagai tambahan kebaikan bagi kami, dan jadikanlah kematian kami sebagai perpisahan yang menenangkan kami dari semua kejahatan…

Ya Allah, berikanlah rasa takut yang akan menjauhkan kami dari kemaksiatan, ketaatan yang akan mengantar kami ke surga-Mu, keyakinan hati yang meringankan semua bencana dunia, karunialah kami dengan semua pendengaran, penglihatan dan kekuatan kami sepanjang hidup kami, jadikanlah pewaris itu dari kami, dan balaslah orang-orang yang telah menzalimi kami, dan tolonglah kami menghadapi musuh-musuh kami, janganlah Engkau letakkan musibah kami dari sisi agama kami, dan janglah Engkau jadikan dunia sebagai mimpi terbesar kami dan batas akhir dari segenap pengetahuan kami…

Ya Allah, hanya pada-Mulah kami mengadukan seluruh duka lara dan kesedihan kami, hanya pada-Mulah kami mengadukan segenap kelemahan tekad kami dan sedikitnya sarana dan daya kami…Ya Allah, Engkaulah Tuhan tempat mengadu orang-orang yang tidak berdaya dan terzalimi, maka gantilah rasa takut kami dengan rasa aman, gantilah kepengecutan kami dengan keberanian, gantilah kesedihan kami dengan harapan yang luas, angkatlah kami dari ketidakberdayaan dan bebaskanlah kami dari belenggu kezaliman seta tegarkanlah hati kami dalan menjalankan agama-Mu…

Ya Allah, sekarang mush-musuh kebenaran dan kemanusiaan serta orang-orang durjana itu telah menguasai kami, menggenggam semua simpul urusan kami, mereka berlaku tiran dan menzalimi kami, mereka membanggakan kekuatan mereka terhadap kami, sedang saudara-saudara dan pendukung-pendukung kami begitu sedikit, maka sekarang kami hanya berlari kembali pada-Mu karena kami percaya pada kekuatan dan daya seta pertolongan-Mu…maka kepada-Mulah kami mengadukan semua kezaliman ini…maka dengarkanlah pengaduan ini Ya Allah, maka dengarkanlah pengaduan ini Ya Allah, maka dengarkanlah pengaduan ini Ya Allah…

Ya Allah, satukanlah hati kaum Muslimin seluruhnya dan jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara yang saling mencintai dan mengasihi, janganlah ada dendan diantara mereka, janganlah ada perang diantara mereka, jadikanlah kekuatan mereka untuk menghadapi musuh-musuh mereka dan bukan untuk menghancurkan sesama mereka, jadikanlah kecerdasan, akal dan pengetahuan mereka untuk membangun diri-diri mereka dan bukan untuk saling menipu dan menghancurkan sesama mereka…

Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu kepada saudara-saudara kami yang sedang berjihad di jalan-Mu di seluruh belahan bumi-Mu

Ya Allah, satukanlah langkah-langkah mereka, tepatkanlah sasaran dari peluru-peluru mereka, dan ceraiberaikanlah musuh-musuh mereka, serta turunkanlah bala tentara-Mu untuk menghancurkan mereka, jangan biarkan ada yang tersisa dari mereka tanpa Engkau hancurkan…Ya Allah, jadikanlah jihad saudara-saudara kami itu sebagai kesaksian kami atas seluruh manusia pada hari dimana kelak Engkau akan mengumpulkan kami…

Ya Allah, kini telah tiba saatnya untuk memetik buah kebatilan ini, maka kirimlah dari langit kebenaran tangan-tangan yang akan memetiknya…Ya Allah, hapuskanlah dari mata umat manusia hijab yang menghalangi pandangan mereka menemukan kebenaran-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Sanggup melakakukan itu.

Ya Allah, kumpulkanlah kami bersama hamba-hamba-Mu dalam surga-Mu, bersama para Nabi, kaum shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shaleh…Ya Allah kumpulkanlah kami bersama Nabi-Mu Muhammad saw, Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali Bin Abi Thalib serta seluruh sahabat Rasulullah saw, dalam surga-Mu dan berilah kami kesempatan melihat wajah-Mu di akhirat.

Ya Allah, terimalah seluruh amal kami, ampunilah seluruh dosa kami, dan berilah kami kebaikan dunia dan akhiat serta lindungilah kami dari siksa neraka. Ya Allah, kepada-Mulah seluruh doa ini kami tengadahkan, dan hanya Engkaulah yang akan mengabulkan-Nya.

(hdn)

Meraih Kesuksesan Membangun Peradaban

Khutbah Idul Fitri 1430 H:
18/9/2009 | 28 Ramadhan 1430 H | Hits: 6.275
Oleh: Iman Santoso, Lc
إِنَّ الْحَمْدَ للَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، ونستغفره ونؤمن به ونتوكل عليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَالصَّلاَ ةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .فَإنّ أَصْدَقَ الْحَدِيثَ كِتَابُ اللّهِ وخيرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمّدٍ وَشَرّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلّ ضَلاَلَةٍ فِي النّارِ. أما بعد فأوصيكم عباد الله وإياى بتقوى الله فقد فاز المتقون

Allahu Akbar 9 x Walillahilhamd

Ma’asyiral mu’slimin rahimakumullah !

Alhamdulillah, hari ini kita merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1430 H sebagai tanda dari berakhirnya seluruh rangkaian ibadah di bulan Ramadhan. Setelah sebulan penuh kita melakukan tarbiyah Ramadhan dengan menunaikan puasa, shalat, qiyam, tilawah, dzikir, doa, mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah. Maka kita berharap menjadi orang-orang yang bertaqwa, orang-orang yang dijanjikan Allah mendapat kemenangan atau kesuksesan. Kemenangan atas hawa nafsu, kemenangan atas setan, kemenangan atas kegelisahan dan kebimbangan, kemenangan atas ketidakberdayaan dan kemalasan, kemenangan atas musuh-musuhnya. Dan menang atau sukses dalam membangun peradaban.

Sudah selayaknya hari ini kita bergembira dan berbahagia. Bergembira karena telah berhasil menunaikan kewajiban ibadah Ramadhan. Kegembiraan itu direfleksikan dengan syukur dan mengagungkan asma Allah. Takbir, Tahlil dan Tahmid. Allahu akbar 3 x Laa Ilaha illlah Allahu Akbar Walillahilhamd

Sementara kegembiraan yang tidak didahului ketaatan adalah kegembiraan yang semu. Hari Raya yang tidak didahului ibadah Ramadhan adalah hari yang hampa tanpa makna. Walaupun memakai baju baru, memakan makanan yang enak, berkumpul dengan keluarga dan berrekreasi di tempat-tempat hiburan.

Setiap tahun kita melaksanakan ibadah Ramadhan dan hampir tiap tahun pula kita merayakan Idul Fitri. Tetapi adakah yang berubah dalam diri kita, keluarga kita, masyarakat kita dan bangsa kita. Adakah perubahan kearah yang lebih baik ? Sudahkan kita meraih kesuksesan hidup, kesuksesan berupa kebaikan kualitas hidup kita dari sisi keagamaan, kesejahteraan, keadilan dan keamanan ?
Kita menyaksikan masih sangat sedikit orang-orang yang sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Dan kita juga melihat masih sangat sedikit orang-orang yang sukses dan menang dalam mengisi kehidupan di dunia yang terbatas ini serta menang dalam membangun peradaban. Akibatnya, yang terjadi adalah dominasi kemaksiatan dan kejahatan atas ketaatan dan kebaikan, dominasi musibah dan kesulitan atas keberkahan dan kesejahteraan, dominasi orang-orang fasik dan jahat atas orang-orang shalih dan baik. Jika yang terjadi demikian, maka badai krisis belum pasti berlalu. Dan Indonesia masih mencerminkan kondisi tersebut, walaupun mayoritas penduduknya beragama Islam.

Ma’asyiral mu’slimin rahimakumullah

Setiap hari raya Idul Fitri kita senantiasa mengucapkan ucapan selamat :

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائزين كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Semoga Allah menerima Amal ibadah kita semua, semoga kita kembali menjadi fitrah dan meraih kesuksesan. Dan semoga setiap tahun kita selalu dalam kebaikan.

Sukses dalam hidup dan menang dalam membangun peradaban adalah ketika umat Islam melandasi hidupnya pada prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai Islam berikut:

1. Keimanan

Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi saw. yang menyebutkan bahwa persyaratan pertama untuk meraih kemenangan atau kesuksesan adalah jika umat Islam melandasi hidupnya dengan nilai-nilai keimanan. Keimanan pada yang ghaib, keimanan pada Allah, Malaikat, kitab suci Al-Qur’an, para rasul, hari akhir dan keimanan pada taqdir Allah.

قد أفلح الؤمنون

“Sungguh telah sukses (menang) orang-orang beriman” (QS Al-Mu’minun 1)

Adapun orang-orang yang hidupnya mewah dari segi fasilitas harta dan kedudukan di dunia sementara dia tidak beriman kepada Allah, maka dia tidak sukses. Karena kesuksesannya dibatasi dengan kematian. Sedangkan orang yang miskin dan tidak beriman, mereka lebih parah lagi, mereka gagal di di dunia dan menderita di akhirat. Bagi orang-orang yang mapan di dunia, sangat berkecukupan dan mewah, tetapi tidak beriman, maka mereka akan merasakan siksan neraka yang sangat sakit dan terus dalam kesakitan yang kekal. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: “ Didatangkan orang yang paling senang di dunia sedang dia adalah ahli neraka. Dia dicelupkan satu kali celupan di neraka. Kemudian dikatakan padanya,” Wahai anak Adam apakah pernah engkau merasakan kebaikan (di dunia). Apakah lewat padamu kenikmatan dunia ? Maka orang itu menjaab,” Tidak demi Allah wahai Rabb ku”. Dan didatangkan orang yang paling menderita di dunia sedang dia adalah ahli surga. Lalu dicelupkan satu kali celupan di surga. Kemudian dikatakan padanya,” Wahai anak Adam apakah engkau pernah merasakan penderitaan di dunia apakah lewat pada kesusahan di dunia ? Maka dia menjawabnya, ” Tidak demi Allah, tidak pernah lewat padaku penderitaan dan kesulitan sedikitpun di dunia” (HR Muslim).

Demikianlah kesenanagan dan kesuksesan yang terbatas di dunia yang berujung pada siksaan di neraka bukanlah kesuksesan. Harta yang diraih dengan cara haram seperti mencuri, korupsi dan menipu maka bukanlah kesuksesaan. Kedudukan yang diraih dari kezhaliman, curang dan menyuap bukanlah kesuksesan. Bahkan sebaliknya, akan menimbulkan penderitaan dan siksaan yang panjang di akhirat. Dunia adalah lapangan kehidupan tempat ujian manusia untuk meraik kemenangan dan kesuksesan. Dan kehidupan manusia di dunia akan berujung dengan kematian. Kemudian mereka akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya di akhirat di pengadilan Allah.

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula” (Az-zalzalah 6-8)

Kesuksesan hidup dan peradaban tidak mungkin tegak tanpa nilai-nilai keimanan. Nilai-nilai yang menjadi landasan hidup hamba-hamba Allah yang shalih atau baik. Merekalah orang yang sukses dan merekalah yang akan mewarisi peradaban.

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ

”Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diberikan kepada hamba-hambaKu yang saleh” (QS Al-Anbiyaa 105).

2. Ilmu

Pilar kedua yang harus dimiliki oleh kita agar sukses dalam hidup dan dapat membangun peradaban adalah ilmu dan terus-menerus menimba ilmu baik ilmu Syariah maupun ilmu umum. Setiap muslim hendaknya meningkatkan etosnya dalam menuntut ilmu dan berupaya memiliki minimal satu disiplin ilmu yang kuat untuk meraih kesuksesan hidup dan membangun peradaban. Tidak dapat dipungkiri bahwa diantara kesuksesan hidup di dunia dan dominasi barat di abad sekarang karena mereka menguasai ilmu dan teknologi. Sehingga umat Islam harus mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu ini.

Generasi salafu salih pendahulu kita telah memberikan contoh terbaik dalam ilmu, penguasaan mereka terhadap ilmu dan mengajarkan ilmu sehingga mereka memenangkan peradaban. Tidak kurang dari 13 abad umat Islam menguasai peradaban dunia karena keimanan dan ilmu mereka. Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabbal, abu Hurairah, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas dll adalah bintang bintang dalam dunia ilmu di masa sahabat. Di masa berikutnya ada Said bin al-Musayyib, Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin, Abu Hanifah, Imam Malik, Imam As-Syafi’i, Imam Ahmad dll. Dan dalam bidang ilmu kauniyah lebih banyak lagi.

Jika umat Islam sekarang ingin sukses dan memenenagkan peradaban, maka mereka harus menguasai ilmu disetiap bidang ilmu dan dispilinnya.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

”… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Mujaadalah 11).

Allahu Akbar 3 x wa lillahil hamd

Ma’asyiral mu’slimin rahimakumullah !

3. Amal Shalih

Pilar ketiga yang harus dilakukan kita untuk meraih kesuksesan hidup adalah amal shalih. Amal shalih mencakup unsur-unsur; ikhlas, baik, kompetensi dan profesional. Sedangkan ruang lingkup amal shalih adalah amal ta’budi, amal ijtima’i, amal mihani dan amal ishlahi Kita harus terus beramal untuk meraih kesuksesan hidup dan membangun peradaban. Iman dan ilmu tanpa amal tidak akan sempurna.

Akitifitas ibadah kepada Allah masih banyak dibumbui nilai-nilai bid’ah dan khurafat Sedangkan syiar-syiar Islam dan ritual masih diwarnai dengan pemborosan energi dan harta. Dari aspek amal sosial masih jauh dari yang diharapkan. Meninggalnya 21 orang saat mengantri dana zakat dan infak adalah potret buruk dari aktifitas sosial yang tidak direncanakan dan dimanaj dengan baik. Kualitas amal dalam hal pekerjaan umat Islam masih sangat tertinggal jauh dari nilai-nilai ideal. Di Indonesia amal yang masih menjadi ungulan mayoritas umat Islam adalah dibidang buruh, pembantu rumah tangga. TKI masih menguasai sektor ini. Sedangkan tenaga-tenaga profesional yang menempati posisi tinggi di Indonesia kebanyakan dari orang asing.

Bisnis umat Islam masih didominasi dengan riba, kecurangan dalam menimbang dan manipulasi serta kezhaliman. Pelayanan umum dalam birokrasi masih sangat lamban, diwarnai suap dan korupsi, begitu juga dalam dua politik, aroma politik uang, suap, korupsi dan sejenisnya mendominasi kehidupan politik kita. Adapun pada bidang penegakkan hukum kondisi jauh lebih parah lagi.

Apakah kesuksesan dan peradaban dapat dibangun dengan segala bentuk kerusakan dibidang amal tersebut ? Tidak. Hanya amal shalih yang dapat mengantarkan umat Islam pada kesuksesan dan kemajuan dalam peradaban.

4. Mujahadah

Selanjutnya umat Islam harus bersungguh-sungguh dalam semua lapangan kehidupannnya. Bagi umat Islam tidak ada istilah libur dari amal shalih, tidak ada istilah pansiun dari ibadah, tidak ada istilah cuti dari kebaikan. Dinatara contohnya, ketika umat Islam selesai menunaikan shalat Jum’at mereka disuruh bertebaran di muka bumi untuk mencari karunia Allah. Setelah umat Islam menunaikan ibadah Ramadhan dan ditutup dengan Idul Fitri mereka dianjurkan untuk puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal dan menguatkan shilaturahmi.

Pilar-pilar itulah yang mengantarkan kesuksesan bagi umat Islam. Dan dengan pilar-pilar Pearadaban tegak. Dan sesungguhnya kiat untuk meraih kesuksesan dan peradaban di dunia sama dengan dengan kiat untuk meraih kesuksesan di akhirat. Kiat itu adalah iman, beriman pada Allah dan beriman pada ajaran Islam kemudian diteruskan dengan, penguatan ilmu, amal shalih, dan terus bermujahadah, menyuruh pada yang benar dan baik serta bersabar atas itu semua.

Dan terakhir, marilah kita menjadikan keimanan dan ketaqwaan sebagai perhiasan hidup kita. Ketaqwaan bukan hanya diucapkan dalam mulut, tetapi direalisasikan dalam prilaku dan perbuatan. Ketaqwaan adalah sebuah hakekat, bukan klaim atau akuan, bukan pula pameran dan kepura-puraan. Kita menyerahkan segala urusan kepada Allah, beristighfar, bertaubat dan terus-menerus melakukan kebaikan, dakwah serta amar ma’ruf dan nahi mungkar agar kita mendapatkan keberkahan hidup, kesuksesan di dunia dan akhirat.

Hadirin, akhirnya marilah kita berdo’a, menundukkan kepala, memohon kepada Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada:

إن أحسن المواعظ الشافية كلام من لا تخفى عليه خافية قال الله تعالى : إن الله وملآئكته يصلون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما : اللهم صل وسلم على هذا النبى الكريم والرسول العظيم سيد الغر المحجلين نبينا وشفيعنا وقرة أعيننا محمد وعلى آله وصحبه وأنصاره وجنوده ومن أحيى سنته وسلك سبيله ونهج منهجه وجاهد فى الله حق جهاده

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحيآء منهم والأموت إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضى الحاجات ويا كافى المهمات

رَبَّنَا ظَلَمنَا أَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْن .اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اللهم إِنَّا عَبِيْدُكَ وَأَبْنآءُ عَبِيْدِكَ وَأْبَنآءُ إِمَآئِكَ ناَصِيَتُنَا بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْنَا حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْنَا قَضآؤُكَ – نَسْأَلَك بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لك سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلَقِكَ أو أَنْزَلَتْهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا َوَنُوْرَ صُدُوْرِنَا وَجَلاءَ أَحْزَاِنَنا وَذَهَابَ هُمُوْمِنَا

اللَّهُمَّ يَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ وَيَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ وَيَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ ويا مُقَوِّىَ كُلِّ ضَعِيْفٍ ويَا مَأْمَنَ كُلِّ خَائِفٍ اللهم يَا مَنْ لاَ يَحْتَاجُ الى الْبَيَاِن وَالَّتفْسِيْرِ حاَجاَتنُاَ اِلَيْكَ كَثِيْرٌ وَأَنْتَ عَالِمٌ بِهَا وَبَصِيْرٌ فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْر عَلَيْكَ يَسِيْرٌ اُحْرُسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِى لاَ تنَامُ وَاكْنُفْنَا بِكَنَفِكَ الَّذِى لاَ يُرَامُ وَلاَ تُهْلِكْنَا وَأَنْتَ رَجَاؤُنَا يا أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

اللَهم اْنصُرْ عِبَادَكَ الْمَظْلُوْمِيْنَ في فلسطين وفي العراق وفِى كُلِّ بُقْعَةِ أَرْضِكَ فِيْهَا نَفْسٌ مُؤْمِنَةٌ اللهم وَأَنْزِلِ السَّكِيْنَةَ عليهم وَاكْتُبِ الشَّهَادَةَ عَلَى مَوْتَاهُمْ وَاغْفِرلَنَا وَلَهُمْ وَثَبِّتْ قُلُوْبُنَا وَإِيَّاهُمْ على دِيْنِكَ

اللهم إنك ترى مقامنا وتعلم أسرارنا وإنك تعلم أننا لا نخرج ريآءا ولا سمعة ولا بطرا ولكن خرجنا توحيدا لصفوفنا وتأليفا لقلوبنا و ابتغآءا لما فيه رضاك وفيه صلاحنا فاجعل هذه القلوب تجتمع على محبتك وتلتقى على طاعتك وتتوحد على دعوتك وتتعاهد على نصرة شريعتك ووثق اللهم رابطتها وأدم ودها واهدها سبلها واملأها بنورك الذى لا يخبو واشرح صدورها بفيض الإيمان بك وجميل التوكل عليك وأحيها بمعرفتك وأمتها على الشهادة فى سبيلك إنك نعم المولى ونعم النصير

اللَّهُمَّ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوبِ العَرَبِ والمسلمين، اللَّهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَتَهُم علَى الإسلامِ والإيمانِ، اللَّهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ على القرآنِ والسُنَّةِ، اللَّهُمَّ لاَ تَكِلْنَا إلى أَنْفُسِنَا ولا إلى أحدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَنَهْلِك ونَضِيْع “.

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ*اللَّهُمَّ هَذَا الدُّعَاءُ وَعَلَيْكَ الإجَابَةُ وَهَذَا الْجُهْدُ وَعَلَيْكَ التُّكْلاَنُ

وصل اللهم على خير خلقك سيدنا و نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين

(hdn)

Kewajiban Menjaga Kemenangan

Khutbah Idul Fitri 1430 H:
18/9/2009 | 28 Ramadhan 1430 H | Hits: 7.472
Oleh: Dr. Ahzami Sami’un Jazuli, MA.

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدي الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا اله الا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين. أما بعد فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون.

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Kaum muslimin yang berbahagia…

dakwatuna.com – Hari ini kaum muslimin merayakan hari kemenangan yang fitri, hari kemenangan yang harus kita syukuri dengan cara menjaga dan semakin memantapkan serta mengokohkan keimanan kita, bahwa janji Allah untuk menolong dan memenangkan kaum muslimin adalah sebuah keniscayaan.

Diantara makna kemenangan yang bisa kita tangkap dari hari yang penuh kebahagiaan ini adalah :

1. Kemenangan iman atas kekufuran

Kenapa keimanan itu pasti menang?karena, keimanan adalah kehidupan,sementara kekufuran adalah sebuah kematian. Keimanan adalah kehidupan hati seorang yang mendapatkan pancaran nur Robbani yang menerangi kehidupan, sehingga seorang muslim mengetahui tujuan hidupnya, makna kehidupan, mengetahui halal dan haram, dan itu semuanya merupakan suatu dinamika kehidupan yang memberikan energi yang besar dalam mengarungi hidup ini, sehingga dia bisa kontinyu, produktif, dan selalu mempunyai energi yang besar untuk membangun masyarakat dan negaranya. Berbeda dengan watak kekufuran yang selalu menyeret manusia kepada kehancuran, tindakan anarkis, dan mandul dalam memproduksi kebaikan,

قال تعالى : { يأيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون }

“ Wahai orang-orang yang berimana!Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerukan kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi anatara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”QS:8:24

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah…

2. Kemenangan akhirat atas dunia

Pada dasarnya, islam adalah agama dunia dan akhirat tetapi lembaga shiyam (puasa) dimana didalamnya kita di training oleh Allah untuk menjadi orang-orang yang bertakwa memberikan pelajaran yang sangat berharga,bahwa akaum muslimin mampu – atas izin Allah – untuk membangun obsesi dan cita-cita terbesarnya yaitu memprioritaskan kebahagiaan ukhrowi yang abadi daripada terjebak ke dalam kesenangan duniawi yang sementara. Dan itu nampak jelas dalam ibadah ramadhan selama satu bulan dimana kaum muslimin bisa menahan diri bukan hanya dari sesuatu yang diharamkan oleh Allah dan yang syubhat tapi juga mampu meninggalkan sesuatu yang mubah. Kemenangan obsesi akhirat yang abadi atas dunia yang sementara juga bermakna kemenangan luasnya nikmat ukhrowi terhadap sempitnya dunia juga mengandung arti kemenangan kenyamanan yang abadi atas suasana dunia yang letih dan melelahkan. Dan bisa bermakna kemenangan yang hakiki atas sesuatu yang semu dan menipu. Oleh karena itu Allah menegur kaum muslimin yang terjebak dalam kungkungan kesenangan duniawi dan berat untuk bangkit berjuang di jalan Allah.

قال تعالى :{ يأيها الذين أمنوا مالكم إذا قيل لكم انفروا في سبيل الله اثاقلتم إلى الأرض أرضيتم بالحيوة الدنيا من الآخرة فمامتاع الحيوة الدنيا في الآخرة إلا قليل}

“ Wahai orang-orang yang beriman!mengapa apabila dikatakan kepadamu “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah “ kamu merasa berat dan tinggal di tempatmu?apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat?padahal kenikmatan hidup di dunia ini ( dibandingkan dengan kehidupan)di akhirat hanyalah sedikit”QS:9:38

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Kaum muslimin yang diridhoi Allah…

3. Kemenangan kesungguhan dan keseriusan atas kemalasan.

Gelora kemenangan di hari yang fitri ini mengingatkan kita semua bahwa madrasah ramadhan mentarbiyah kaum muslimin untuk mampu menglahkan seluruh bentuk kemalasan yaitu kemalasan dalam memperbaiki diri dilihat dari dimensi akidah, pemikiran, mentalitas, moralitas, dan ibadahnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan madrasah ramadhan mampu mengantarkan kaum muslimin untuk menyingkirkan kemalasan yang merintangi dirinya dari upaya pembentukan rumah tangga islami yang diterjemahkan ke dalam wujud seorang bapak yang soleh, ibu yang solehah, dan anak-anak yang soleh. Mereka semuanya itu merupkan pengejawantahan dari Qurrotu A’yun dalam setiap doa yang dikumandangkan oleh setiap keluaraga yang surgawi, sebagaimana firman Allah :

قال تعالى : { والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما}

“ Dan orang-orang yang berkata, “ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”QS:25:74

Nuansa rumah tangga yang surgawi ini nampak jelas didalam bulan ramadhan dimana bapak, ibu, anal-anak dan anggota keluarga lainnya berlomba-lomba dalam beribadah kepada Allah melalui sholat berjaamah, tilawah Qur’an, semangat berinfaq, mendalami ilmu-ilmu agama dan kebaikan-kebaikan yang laiknnya, sehingga bulan ramadhan sebagai bulan ibadah bukan sekedar wacana dan slogan tetapi benar-benar sebuah kurikulum kehidupan yang diamalkan oleh setiap keluarga muslim.

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Kaum muslimin yang dirahmati Allah…

4. Kemenangan kesabaran dan pengendalian diri

Hari raya idul fitri adalah hari dimana kaum muslimin merayakn kemenangan kesabaran dan pengendalian diri dari seluruh yang diharmkan, bentuk-bentuk syubhat, al-lahwu dan al-laghwu, bahkan kemenangan dalam menghindari dari memperbanyak perbuatan mubah, sebab kaum muslimin yang jujur dalam keislaman dan keimanannya mereka harus produktif dalam mencetak amal-amal soleh dan seluruh kebijakan-kebijakan yang dianjurkan oleh islam sehingga mereka tidak punya cukup waktu untuk melakukan perbuatan yang sekedar mubah hukumnya, sebab kewajiban dan tugas-tugas agama itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Oleh karena itu patut untuk merenungi ungkapan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu

” كنـا قوما ندع تسعة أعشار الحلال مخافة أن نقع في الحرام “

“ Kami adalah masyarakat yang meninggalkan sembilan persepuluh yang halal (mubah) karena kami khawatir terjatuh ke dalam yang haram”

Dari sini terlihat jelas bahwa generasi terbaik sepanjang masa selalu produktif dalam mencetak kebajikan-kebajikan dan waktunya tidak terbunuh oleh cengkraman perbuatan yang mubah apalagi yang syubhat dan haram. Kemenangan kesabaran dan pengendalian diri tidak sekedar berimplikasi duniawi tetapi juga mencakup dimensi ukhrowi dimana pahala orang yang sabar tidak bisa dihitung.

قال تعالى : {……..إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب }

“……Hanyaorang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”QS:39:10

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Kaum muslimin yang dilindungi Allah…

5. Kemenangan kepedulian sosial

Hari raya idul fitri hendaknya dijadikan oleh segenap kaum muslimin agar selalu menjaga asset dan modul yang sangat mahal yaitu sebuah kemenangan yang berkaitan dengan kepedulian sosial. Selama bulan ramadhan kaum muslimin di training oleh Allah untuk selalu peduli terhadap dinamika sosialnya, hal itu terlihat jelas dalam aktifitas kebersamaannya seperti: sholat berjamaah baik yang fardhu,tarawih,dan witir,ifthor jama’i (buka bersama), waktu sahur, mendengarkan ceramah-ceramah agama, pengumpulan zakat shodaqoh dan infaq, dan aktifitas lainnya.

Kebersamaan ini tidak boleh berhenti hanya dibulan ramadhan saja tetapi kebersamaan dalam amal islami menuntut adanya kesinambungan dan kontinyuitas terpadu, sehingga kaum muslimin dalam ibadah dan perjuangannya terutama menghadapi kedzoliman, kemaksiatan, dan musuh-musuh Allah lebih mendapatkan barakah dari Allah swt, karena Al-barokah ma’aljamaah ( keberkahan itu selalu menyertai kebersamaan) kepedulian social ini akan tetap eksis dengan :

a. Wihdah ( persatuan)

Persatuan dan kesatuan yang melahirkan kepedulian social meliputi kesatuan niat yaitu semata-mata karena Allah swt dan kesatuan muntholak (titik tolak), kesatuan Ghoyah (tujuan), dan kesatuan dan persatuan untuk senantiasa bermusabaqah dalam kebajikan yang didalamnya terdapat khidmah ijtima’iyyah ( melayani masyarakat) yang merupakan kata kunci dari setiap pemimpin sepanjang masa. Dimana kita mengimani dan memahami bahw aumat islam harus menjadi umat yang terbaik termasuk memempin dan melayani.

قال تعالى : { كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر و تؤمنون بالله ولوآمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون }

“ Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik”QS:3:110

b. Muqowamah ( perjuangan/perlawanan )

Kepedulian social akan selalu eksis di dalam diri kaum muslimin dan agenda perjuangannya ketika kaum muslimin selalu membangun dan memelihara semangat perlawanannya dalam memerangi seluruh bentuk kemaksiatan, kedzoliman, ketidakadilan, keterbelakangan dalam setiap dimensi kehidupan, dan juga dalam menghadapi konspirasi global yang selalu dilancarkan oleh musuh-musuh islam,Allah berfirman:

قال تعالى: { وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين الإنس والجن يوحي بعضهم إلى بعض زخرف القول غرورا ولوشاء ربك مافعلوه فذرهم ومايفترون }

“ Dan demikianlah untuk setiap nabi kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuahanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka adakan”QS:6:112

Terakhir, melalui mimbar ini marilah kita berjanji untuk senantiasa menjaga kemenangan-kemenangan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt, sebab kemenangan itu anugerah Allah yang wajib kita syukuru bersama.

قال تعالى: { وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد }

“ Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikamat-Ku maka pasti azabku sangat berat”QS:14:7

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

(hdn)

Membangun Ruh Khairu Ummah

Khutbah Idul Fitri 1430 H:
16/9/2009 | 25 Ramadhan 1430 H | Hits: 10.395
Oleh: Aus Hidayat Nur
khutbah-idul-fitri-1430-01

Allahu Akbar 9 X walillahil hamd,

Hadirin Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

dakwatuna.com – Segala puji dan sanjungan hanyalah bagi Allah. Allah yang menciptakan jiwa manusia dan menyempurnakannya, mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan‐Nya. Allah yang menciptakan, memimpin, mengatur, dan menata seluruh alam semesta. Yang memberi hidayah kepada hamba‐hamba‐Nya yang bertaqwa sehingga mereka hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan orang‐orang yang diberi nikmat oleh Allah, bukan mereka dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat.… Shalawat dan salam bagi Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam, para sahabat, keluarga, serta pengikut Beliau yang setia hingga akhir masa…

Hadirin Rahimakumullah, Hari Raya Iedul Fitri yang diperingati kaum muslimin di seluruh Dunia seusai Bulan Suci Ramadhan merupakan puncak dari upaya pembangunan jiwa menuju kesempurnaan. Ibadah dan amaliyah di Bulan Ramadhan mensucikan jiwa Ummat Islam dan mengembalikan fitrah ke dalam hati mereka. Jalan taqwa yang mereka tempuh telah sukses mengokohkan hati mereka. Kembali menjadi hati yang dicintai dan mencintai Allah, mengharapkan rahmat Allah, dan takut terhadap siksaan‐Nya. Kemenangan nurani (fitrah) dari pengaruh hawa nafsu pantas disyukuri dengan mengumandangkan puji‐pujian yang mengagungkan Allah. Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil‐hamd…

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Bulan Ramadhan 1430 H diawali dengan selesainya hajat Nasional bangsa kita yaitu Pemilu legislatif dan Pemilihan presiden. Kita bersyukur bahwa pemilu ini aman dan damai, tidak ada korban kekerasan akibat Pemilu ‐Namun, di tengah kedamaian ini tiba‐tiba Bangsa kita diusik oleh peristiwa bom bunuh diri di dua hotel Rizt Carlton dan JW Marriot. Peristiwa yang berlangsung tanggal 19 Juli ini mencoreng wajah Ummat Islam sebab pelakunya mengaku bom bunuh diri ini sebagai bom syahid. Padahal Islam mengharamkan segala bentuk teror dan kekerasan. Islam adalah agama kasih sayang dan perdamaian… Orang‐orang yang melakukan perbuatan teror dengan bom di dua hotel itu jelas‐jelas orang‐orang yang jahil (bodoh) terhadap inti ajaran Islam. Mereka terkena provokasi musuh‐musuh Allah sehingga berbuat melampaui batas dan merusak di muka bumi…

Para pelaku teror bukanlah syuhada tetapi tergolong orang‐orang yang mati konyol. Karena perbuatan bunuh diri menggambarkan keputus‐asaan. Apalagi bunuh diri yang membawa jiwa orang‐orang lain. Mereka telah melanggar aturan Allah dan tergolong kafir serta menjadi musuh kaum muslimin karena merusak citra Ummat ini… Mereka membunuh hak hidup jiwa‐jiwa mereka yang tidak berdosa, bahkan di antara korbannya orang‐orang Islam yang beriman kepada Allah. Allah Azza wa Jalla menegaskan,

khutbah-idul-fitri-1430-02

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, Kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. 4:93)

Setelah kejadian Bom di awal Bulan Ramadhan terjadi keprihatinan yang sangat mendalam. Di tingkat Nasional ada bencana gempa yang menimpa saudara‐saudara kita di pesisir selatan Jawa Barat. Mulai dari Kab Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasik, Ciamis, Pangandaran, dan di Kab Bandung terkena dampaknya yang luar biasa. Kejadiannya berlangsung amat singkat, hanya 5 menit tetapi akibatnya terasa sampai sekarang.. Di saat hari raya ini masih ada saudara kita yang memerlukan bantuan… Ya Allah berilah keringanan kepada saudara‐saudara kami yang Engkau uji dengan musibah ini.. berilah mereka kesabaran dan keteguhan iman…

Di tingkat internasional, kaum muslimin di Palestina masih dikepung oleh tentara Zionis. Karena itu keprihatinan kita berubah menjadi kesedihan yang mendalam melihat kondisi ummat yang carut marut ini… Tinggal sejauh mana kesedihan ini dapat kita ubah menjadi kepedulian dan amal nyata untuk membantu dan menolong mereka yang tengah menderita…. Marilah kita bahu membahu dan tolong menolong untuk menjayakan Ummat Islam di negeri Kita dan dimana pun mereka berada, kita selalu ingat hadits baginda Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam, “Man laa yahtamuu biumuuril muslimiin fa laisa minhum” (Barangsiapa tidak peduli dengan urusan kaum muslimin bukanlah tergolong kepada mereka )

Hadirin rahimakumullah. Baru saja kita melalui “madrasah pembangunan jiwa”. Madrasah adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang mengembalikan Ummat Islam menjadi “khairu Ummat”.. Amal‐amal ibadah di Bulan Ramadhan merupakan metode pembinaan yang dijalankan oleh Ummat Muslimin di seluruh Dunia untuk memperbaiki diri, masyarakat dan bangsa. Metode yang bersifat Rabbani (Ketuhanan) ini selalu memberikan hasil positif bagi mereka yang beriman dan menjalaninya dengan sungguh‐sungguh. Semua Ummat Muhammad memperoleh nilai di sisi Allah sesuai dengan usaha yang dikerjakannya. Tentu saja ada yang tidak mendapat apa‐apa selain lapar dan dahaga. Namun nilai tertinggi diraih oleh mereka yang kembali mendapatkan kemenangan fitrah. Mereka yang sukses adalah mereka yang berhasil membuat imannya mampu mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya. Posisi dan derajat mereka ditingkatkan Allah Azza wa Jalla. Allah telah menyatakan,

khutbah-idul-fitri-1430-02-1

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3:139)

Dengan “taqwa” sebagai nilai tertinggi keimanan ini, ummat Islam tidak perlu lagi terperangah dengan keberhasilan kaum kafirin dalam masalah Dunia yang berbasiskan materi dan kebendaan. Tidak perlu iri dan dendam terhadap kejayaan Duniawi yang diperoleh mereka yang kufur kepada Allah… Sebab Dunia ini hanyalah “panggung sandiwara” “arena perjuangan” dan “kesenangan yang menipu”. Dunia bukan segalanya, masih ada akhirat yang lebih panjang. Dunia hanya akan bernilai jika digunakan sebagai ladang amal saleh untuk kesuksesan Akhirat, yaitu alam yang sebenar‐benarnya.

khutbah-idul-fitri-1430-03

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. 2:212)

Keberhasilan meraih peningkatan kemampuan iman ini memang patut dibanggakan dan disyukuri. Kebanggaan yang dibimbing wahyu Allah Ta’ala disebut dengan “isti’laa-ul iman” (ketinggian iman). Bukan seperti kebanggaan anak‐anak mendapat baju baru yang dipamer-pamerkan, tetapi dengan rasa syukur kepada Allah melalui ucapan takbir, tahmid, tahlil yang diucapkan segenap kesucian hati dan kebersihan jiwa. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaha illa-Llahu Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil –hamd”

Alangkah tinggi nilai perasaan kembali kepada kesucian jiwa ini. Kesempurnaan jiwa merupakan kekayaan sejati yang tidak ternilai harganya. Dia adalah sebuah penggambaran dari kokohnya kembali “Ad-dien” (agama) di dalam hati orang‐orang yang beriman,

khutbah-idul-fitri-1430-04

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. 30:30)

Melalui amaliyah Bulan Ramadhan Allah menunjukkan kasih sayang‐Nya dengan membimbing jiwa kaum muslimin kembali kepada kesucian‐Nya. Ini sebuah metode dari Yang Maha Pencipta. Metode (cara) yang sangat jitu, berdaya guna dan berhasil guna secara maksimal. Firman Allah,

khutbah-idul-fitri-1430-05

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah. (QS. 2:138)

Alumnus madrasah Ramadhan, bukan hanya dituntut untuk memperingati kemenangan jiwa mereka tetapi juga meningkatkan dan mempertahankannya. Ramadhan menjadi bekal perjalanan panjang kehidupan sampai Ramadhan berikutnya. Jiwa yang taqwa harus digunakan dalam amal nyata secara harian waktu demi waktu di tengah‐tengah masyarakat. Jiwa yang taqwa, yang telah kembali kepada fitrah harus dihadapkan kepada “Diin” secara lurus (benar) dalam setiap aspek kehidupan. Itulah ketentuan Allah yang tiada berubah hingga akhir masa. Itulah pula “Dienul Qayyim”, agama yang kokoh, meskipun kebanyakan manusia tidak mengerti.

Allahu Akbar 3 X walillahil hamd,

Hadirin Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Bulan Ramadhan bukan saja melahirkan manusia baru yang kembali kepada fitrah, tetapi membangun masyarakat baru yang lebih baik karena unggul dalam iman dan taqwa. Itulah masyarakat yang penuh berkah dan jauh dari kemurkaan Allah. Alangkah indahnya jika masyarakat iman dan taqwa ini terwujud di negeri kita, Indonesia. Sebab keberkahan dari langit dan bumi akan dicurahkan kepada pemimpin dan rakyatnya

khutbah-idul-fitri-1430-06

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. 7:96)

Bimbingan Allah selama Bulan Ramadhan sejatinya adalah bimbingan untuk membangun Ummat Muhammad yang memiliki predikat “Khairu Ummah” (Ummat terbaik) yang ditampilkan Allah untuk seluruh manusia di tengah panggung peradaban sejarah Dunia. Khairu ummah ini ada di setiap negeri namun mereka terikat dalam kesatuan iman dan amal saleh. Allah telah menyatakan,

khutbah-idul-fitri-1430-07

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…. (QS. 3:110)

Ummat Muhammad di setiap generasi tetap merupakan Ummat pilihan, ummatan washatan (adil dan menengah) dibandingkan dengan selain mereka. Ummat ini paling unggul dilihat dari tiga sisi,

Pertama, “Aqidah” yaitu iman dan taqwa yang menjadi basis dari kejiwaan dan hati mereka.

Kedua, “Amar makruf nahi munkar” yaitu kebiasaan mereka menyuruh yang baik‐baik dan mencegah dari kemunkaran.

Ketiga, “Akhlaqul Kariimah”, kepribadian mulia yang menghias pribadi, keluarga dan masyarakatnya…

Meskipun benar bahwa Ummat sekarang jauh berkurang kualitasnya dibandingkan Ummat terdahulu ditinjau dari nilai “khairu ummah” ini, namun di sisi Allah mereka tetap unggul dari ummat mana pun yang ada pada zaman ini. Allah senantiasa menyayangi ummat ini karena ketaatan dan kesatupaduan mereka dalam perjuangan amar makruf nahi munkar,

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 9:71)

Ummat Islam memiliki kesatuan aqidah, keyakinan, pendirian dan sikap hidup. Mereka berada dalam satu fikrah, yaitu pemikiran Islam. Mereka terikat dengan ukhuwah, saling setia, saling berbagi, bantu membantu dalam kebaikan dan taqwa. Allah telah mempertautkan jiwa mereka sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Firman Allah,

Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 8:63)

Mereka bagaikan satu pasukan yang mentaati Allah dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan ber amar makruf nahi munkar di tengah kehidupan masyarakat. Dengan gemblengan intensif di Bulan Ramadhan Jiwa‐jiwa Ummat Muhammad saling mengenal dan menyatu. Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassallam bersabda,

khutbah-idul-fitri-1430-08

jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan. (HR. Muslim)

Hasil‐hasil Bulan Suci Ramadhan hendaknya membangun kebersamaan Ummat dalam ketaatan dan kepatuhan, karena hanya dengan cara inilah Allah melimpahkan kasih sayang‐Nya kepada mereka…

Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd,

Hadirin rahimakumullah, marilah kita satukan hati dan jiwa kita, menundukkan diri dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Agung untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan… Mari kita memohon kepada Allah segala karunia dan kasih sayang‐Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha mengabulkan permohonan hamba‐hamba‐Nya,

WAHAI Dia yang mengasihi hamba-NYA yang tak dikasihi oleh manusia lainnya. Yang mengabulkan dan menerima hamba-NYA yang tak diterima oleh negeri-negeri lain. Wahai yang memperhatikan permintaan hamba-NYA yang menghaturkan keperluan kepada-NYA. Wahai yang tak menyia-nyiakan keinginan hamba-NYA yang bermohon kepada-NYA.

Wahai yang tidak menjawab hamba yang menghadap-NYA dengan penolakan. Wahai yang menghargai amalan kecil yang dipanjatkan pada-NYA dan mensyukuri yang ringan yang telah diamalkan untuk-NYA.

Wahai yang menghargai amalan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak. Wahai yang mendekatkan diri-NYA kepada hamba yang mendekati-NYA. Wahai yang mengundang hamba-NYA yang berpaling dari-NYA untuk bergegas menuju kepada-NYA.

Wahai yang tak mengubah nikmat-NYA dan tidak mempercepat siksaan kepada hamba-NYA. Wahai yang membuahkan kebaikan dan memaafkan kesalahan serta mengampuninya. Semua harapan bergantung pada kemurahan-MU baik untuk mengabulkan segala keinginan maupun menerima segala keperluan. Dengan kucuran anugerah-MU bejana-bejana keinginan kian penuh berhamburan. Segala sifat tak mampu melukiskan gambaran-MU.

Bagi-MU, ketinggian yang Maha Tinggi di atas segala yang tinggi, kemuliaan yang Maha Mulia di atas segala kemuliaan. Setiap yang besar Engkau anggap kecil dan sepele. Yang mulia menjadi hina bila berada di samping Kemuliaan-Mu. Sungguh merugi orang-orang yang bersandar dan berharap pada selain diri-MU.

Sungguh sia-sia orang-orang yang memohon pertolongan selain diri-MU yang mencari perlindungan selain kepada kemurahan-MU. Pintumu senantiasa terbuka kepada orang-orang yang mengharap-MU dan pertolongan-MU sangat dekat bagi mereka yang mengharapkannya.

Tidak kecewa orang-orang yang mengharap-MU, tidak putus asa yang mengharapkan pemberian-MU, tidak merugi yang memohon ampunan kepada-MU dari siksa-MU. Karunia-MU terbuka untuk semua, bahkan bagi si pendurhaka. Kemurahan dan santun-MU tetap berlaku, bahkan bagi mereka yang berpaling dari-MU. Kebiasaan-MU adalah berbuat baik bahkan pada mereka yang buruk.

Sunnah-MU adalah memberi kesempatan kepada manusia yang melampaui batas yang ditentukan, sehingga kemurahan-Mu itu membuat mereka menahan diri untuk tidak kembali berbuat kesalahan lagi. Penangguhan-MU mencegah mereka untuk cenderung kembali berbuat kejahatan yang tercela.

Engkau menangguhkan mereka agar kembali kepada perintahmu, Engkau bubuhkan mereka dengan keyakinan akan agungnya kekuasaan-MU. Siapa pun yang termasuk ke dalam kelompok orang yang berbahagia, Engkau akan akhiri hidupnya dalam kebahagiaan.

Siapa pun yang tergolong ke dalam orang-orang yang sesat, Engkau akan hina hidupnya dengan kesesatan. Semuanya tertunduk pada hokum-MU. Segala urusan berpulang kepada perintah-MU. Kekuasaan-MU tidak akan menjadi luluh bila Engkau menangguhkan mereka dalam waktu yang lama.

Hujah-MU tak pula menjadi luntur dan berkurang nilainya bila Engkau tak menangguhkan mereka. Hujjah-MU abadi selamanya. Kekuasaan-MU akan berlaku dan tak akan hilang. Maka kecelakaan yang besar bagi yang menyimpang dari ajaran-MU, kerugian yang nyata bagi yang menyalahi ajakan-MU, kemalangan yang pahit bagi yang tertipu oleh-MU.

Alangkah banyak perilaku yang membuat mereka terjerumus ke dalam azab-MU. Alangkah panjangnya bolak-balik mereka dalam siksa-MU. Alangkah jauh harapannya memperoleh kelapangan, alangkah sulit dan putus asanya memperoleh jalan keluar yang termudah.

Semua itu berkat keadilan-MU yang tak pernah curang. Semua itu semata berdasar pada kematangan keputusan-MU yang tak pernah menyimpang dari kebenaran. Engkau telah mengajukan sekian bukti-bukti dan mengubur dalam-dalam sekian alasan. Engkau telah mengajukan ancaman sambil bermurah hati menawarkan harapan. Engkau telah membuat perumpamaan dan memperpanjang masa penangguhan.

Engkau telah menangguhkan (siksaan) padahal Engkau sanggup menyegerakan. Engkau memberi masa penangguhan, padahal Engkau kuasa mempercepat siksaan. Penangguhan-Mu bukan tanda kelemahan. Engkau menahan siksaan bukan tanda kelengahan dan kelemahan. Penantian-MU bukan pula ketakutan.

Semuanya itu terjadi agar hujjah-MU (pembuktian) lebih tersampaikan, kemuliaan-MU senantiasa lebih sempurna, kebaikan-MU lebih tetap. Nikmat-MU senantiasa berkembang dan berlipat. Demikian semua itu telah terjadi dan tetap akan terjadi seterusnya tiada henti dan tanpa batas.

Hujah-MU lebih banyak dari jumlah yang pernah dihitung. Kebaikan-MU tersebar lebih merata dari yang pernah disyukuri oleh sekian makhluk-MU. Namun kini diriku terbuai oleh perilaku yang hanya membungkam tanpa memuji-MU. Diri ini tertekan dan tak kuasa untuk memanjatkan pujian pada-MU.

Kemampuanku terbatas dalam mengakui kekuasaan-MU. Bukannya semangat mengharap malah lebih karena kelemahan yang meliputi diri, Ya Ilahi.. Inilah hamba-Mu yang kini menuju ke pangkuan-MU memohon karunia dan belas kasihan.

Maka limpahkanlah sejahtera kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, dengarkanlah bisikanku, kabulkanlah doaku. Jangan Engkau menutup hariku dengan kesia-siaan dan penuh kerugian, jangan tolak permintaanku. Hargailah keberadaanku yang bersujud di hadapan-MU. Kepada-Mu-lah kembali segala urusanku.

Sungguh Engkau tidak merasa susah untuk berbuat apa yang Engkau Kehendaki. Tidak pula Engkau merasa lemah dalam memberi apa yang diminta. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada rekayasa dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Mewujudkan Hakikat Taqwa

Khutbah Idul Fitri 1431 H:
25/8/2010 | 16 Ramadhan 1431 H | Hits: 32.970
Oleh: Drs. Ahmad Yani

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Ilustrasi (flickr.com - Marie Kettani)

dakwatuna.com – Ramadhan yang telah kita akhiri memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kita, hal ini karena ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah berpuasa memberikan nilai pembinaan yang sangat dalam, yakni mengokohkan dan memantapkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang taqwa, yaitu:

الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ

Takut kepada Allah yang Maha Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya (sedikit)

Dari ungkapan di atas, ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-masing dan ini bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita.

Pertama, Takut Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi. Sedangkan Allah swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Karena itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan penyimpangan dari segala ketentuan-Nya. Namun sebagai manusia biasa mungkin saja seseorang melakukan kesalahan, karenanya bila kesalahan dilakukan, dia segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada orang yang dia bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya, maka dia mau mengembalikannya. Yang lebih hebat lagi, bila kesalahan yang dilakukan ada jenis hukumannya, maka iapun bersedia dihukum bahkan meminta dihukum sehingga ia tidak menghindar dari hukuman. Allah swt berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS Ali Imran [3]:133).

Sebagai contoh, pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang kepada Rasul untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu karena kehamilan yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang menyebabkan kematiannya, saat Rasul menshalatkan jenazahnya, Umar bin Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasulullah kemudian menyatakan:

لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ لَوَسِعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim).

Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya mendidik kita untuk menjadi orang yang takut kepada Allah swt yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang belum bertaqwa karena tidak ada rasa takutnya kepada Allah swt.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah Beramal Berdasarkan Wahyu. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu beramal atau melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah swt, termasuk wahyu adalah hadits atau sunnah Rasulullah saw karena ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu. Dengan kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengannya, bila memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan mengkajinya tidak.

Dalam kehidupan para sahabat, mereka selalu berusaha untuk beramal berdasarkan wahyu, karenanya mereka berusaha mengkajinya kepada Nabi dan para sahabat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang suka bertanya. Meskipun mereka suka melakukan sesuatu, tapi bila ternyata wahyu tidak membenarkan mereka melakukannya, maka merekapun berusaha untuk meninggalkannya.

Suatu ketika ada beberapa orang sahabat yang dahulunya beragama Yahudi, mereka ingin sekali bisa melaksanakan lagi ibadah pada hari Sabtu dan menjalankan kitab taurat, tapi turun firman Allah swt yang membuat mereka tidak jadi melakukannya, ayat itu adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah [2]:208).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Ketiga yang merupakan hakikat taqwa menurut Ali bin Abi Thalib ra yang harus kita hasilkan dari ibadah Ramadhan kita adalah Mempersiapkan Diri Untuk Akhirat. Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justeru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.

Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai positif, sebagai apapun kita. Karena itu bila kita tidak efektif dan orang mengkritik kita, harus kita terima kritik itu denga senang hati. Khalifah Umar bin Abdul Aziz salah satu contohnya.

Ketika Umar bin Abdul Aziz telah menerima jabatan sebagai khalifah, dia merasa perlu beristirahat karena kondisi badannya yang sudah amat lelah dan mata yang sudah amat ngantuk, apalagi ia baru saja mengurus keluarganya yang meninggal yakni Khalifah Sulaiman. Baru saja dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan meletakkan kepalanya di atas bantal, tiba-tiba datang Abdul Malik lalu berkata: “Ayah, apa yang akan ayah lakukan sekarang?”.

“Aku ingin istirahat sejenak anakku”, jawab Umar.

“Apakah ayah akan beristirahat, padahal ayah belum mengembalikan harta rakyat yang dirampas secara zalim kepada yang berhak?”.

“Aku akan lakukan semua itu nanti setelah zuhur, semalam aku tidak bisa tidur karena mengurus pamanmu”, jawab Umar.

“Ayah, siapa yang bisa memberi jaminan bahwa ayah akan tetap hidup sampai zuhur nanti?”. Tanya Abdul Malik lagi menghentak.

Mendengar pertanyaan anaknya itu, terbakar rasanya semangat Umar sehingga seperti hilang rasa ngantuk dan lelah yang dialaminya, lalu Umar berkata: “Nak…mendekatlah kepadaku”.

Setelah Abdul Malik mendekat, Umar mencium keningnya lalu berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku anak keturunan yang membantuku dalam agamaku”.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera bangkit dari tempat tidurnya dan iapun mengumumkan: “Barangsiapa yang hartanya telah diambil secara zalim, maka hendaklah ia mengangkat permasalahannya”.

Efektifitas waktu hidup yang digunakan membuat Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai kesulitan mencari mustahik karena tingkat kesejahteraan yang tingggi. Harus kita akui banyak diantara kita yang merasa mati masih lama sehingga tidak muncul amal shaleh, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun organisasi sosial dan politik, keluhan kita adalah tidak punya waktu, kekurangan waktu, karena itu Allah swt mengingatrkan kita semua:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠﴾

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS Al Kahfi [18]:110).

Manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk persiapan untuk kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang disebut dengan orang yang cerdas, meskipun ia bukan sarjana. Karena itu, Rasulullah saw bersabda:

اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi kehidupan sesudah mati (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah swt.

Hakikat taqwa yang Keempat menurut Ali bin Abi Thalib adalah Ridha Meskipun Sedikit. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta dalam jumlah yang banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa berbagi kepada orang lain. Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah, sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal. Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang adalah karena tidak ada sikap ridha menerima yang menjadi haknya, akibatnya ia masih saja mengambil hak orang lain dan administrasi serta penguatan hokum atas penyimpangan yang dilakukannya bisa diatur, karenanya Allah swt mengingatkan kita semua dalam firman-Nya:

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٨﴾

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.(QS Al Baqarah [2]:188).

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib baru pulang lebih sore dari biasanya. Isterinya, Fatimah putri Rasulullah menyambut kedatangan suaminya dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah, “Aku mohon maaf karena tidak membawa uang sepeserpun.”

Tidak nampak sedikitpun kekecewaan pada wajah Fatimah, bahkan ia tetap tersenyum dan bisa memaklumi keadaan suami yang dicintainya.

Ali amat terharu terhadap isterinya yang begitu tawakkal meskipun ia tidak bisa memasak malam itu karena memang tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak.

Ketika waktu shalat tiba, seperti biasa Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama’ah. Sepulang dari shalat, seorang yang sudah tua menghentikan langkahnya menuju rumah. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali, anaknya Abu Thalib?”, tanya orang itu.

“Betul”, jawab Ali heran.

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya berkata, “Dulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”

Dengan amat gembira Ali mengambil uang itu yang berjumlah 30 dinar. Sesampai di rumah, Ali kemukakan kepada isterinya rizki yang tidak terduga itu. Tentu saja Fatimah sangat gembira ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari. Tanpa berpikir panjang, Ali langsung berangkat menuju pasar.

Ketika hampir tiba ke pasar, Ali melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepadaku, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.”

Tanpa berpikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu dan Ali pulang dengan tangan kosong. Tentu saja melihat sang suami pulang tidak bawa apa-apa, Fatimah terheran-heran. Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya dan ini justeru membuat Fatimah begitu terharu terhadap sang suami. Dengan diiringi senyum yang manis, Fatimah berkata: “Apa yang engkau lakukan juga akan aku lakukan seandainya aku yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang dimurkai-Nya.”

Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur dan bersyukur membuat kita akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya belum juga lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya kita dan keluarga tapi juga orang lain. Inilah diantara makna yang harus kita tangkap dari firman Allah swt:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim [14]:7).

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bertaqwa kepada Allah swt memerlukan kesungguhan sehingga kita dituntut untuk bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita dengan berdoa:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Fitrah = Nurani vs Zhulmani

Khutbah Idul Fitri 1430 H:
18/9/2009 | 28 Ramadhan 1430 H | Hits: 8.232
Oleh: DR. Surahman Hidayat

الله أكبر 3 مرات . الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا . وسبحان الله بكرة وأصيلا . لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد . الحمد لله الواحد الأحد الفرد الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد . أشهد أن لااله الا الله شهادة تنجي قائلها يوم التناد . وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي الي الرشد والسداد . فاللهم صل وسلم علي نبينا محمد وعلي آله وصحبه والذين ساروا علي نهجه وجاهدوا لإقامة دين الله في حياتهم حق الجهاد . أمابعد ~ فياايها المسلمون العائدون أوصي نفسي وإياكم

بما وصي به رب العالمين حيث قال ” ياأيهاالذين آمنوااتقوالله والتنظر نفس ما قدمت لغد واتقواالله إن الله خبير بما تعملون . ولا تكونوا كالذين نسواالله فأنساهم أنفسهم أولئك هم الفاسقون .

Allahu Akbar walillahilhamd

Ma’asyiral muslimin al ‘aidin rahimakumullah

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah, dengan taufiq serta pertolonganNya kita dapat mengkhatamkan puasa ramadhan beserta paket ‘ibadat pendukungnya, dengan lancar dan dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Dari tempat ini kita ingat kepada saudara-saudara kita, di antara mereka ada yang lebih dulu dipanggil oleh Allah untuk menghadapNya, dan banyak saudara kita yang menjalani syahru ramadhan dalam rundungan musibah. Ada yang sakit, dan secara khusus saudara kita di beberapa kabupaten Jawa Barat dan sekitarnya, yang menderita akibat gempa bumi hari rabu 9 September lalu. AJARAHUMULLAHU FI HADZIHILMUSHIBAH WA BADDALAHA LAHUM KHAIRA- Semoga Allah melimpahkan pahala kepada mereka dengan musibah ini, dan menggantinya dengan yang lebih baik!

Jika pada saat ramadhan tiba kita menyambutnya dengan penuh suka cita, dan selama sebulan kita merasa berbunga-bunga menyertai keagungan/keutamaan bulan mulia, maka ketika satu syawal tiba ada perasaan haru berbalut sedih untuk berpisah dengan bulan ampunan yang penuh barakah itu. Apalagi tidak seorangpun tahu apakah akan bersua kembali dengan bulan ramadhan tahun depan. YA ALLAH KARUNIAKAN KEPADA HAMBA-HAMBAMU INI UMUR PANJANG AGAR KEMBALI DAPAT MENDEKAP BULAN AGUNGMU DENGAN KEHANGATAN IMAN !

Allahu Akbar walillahilhamd

Bulan Ramadhan boleh meninggalkan kita, tetapi nilai-nilai akhlaq ramadhan jangan sampai lepas dari hidup kita, sehingga 1 syawwal tidak menjadi hari bubaran semuanya. Bulan syawal harus dibaca sebagai “imtidad” lanjutan ramadhan dengan ‘ibadah serta kesalehannya. Selama bulan ramadhan shilaturrahman (relasi dengan Allah) diharap telah semakin kuat dan dosa-dosa terhadap hak Allah telah diampunkan. Maka bulan syawal merupakan kesempatan untuk menyelesaikan dosa-dosa terkait hak-hak adami, dengan memperbanyak shilaturrahim saling mendo’akan dan saling membebaskan (lulubaran). ALYAUMA NATAGHAFARU, hari ini kita saling memaafkan. Demikian para sahabat nabi mengatakan satu sama lain.

Ma’asyiral ‘aidin wal ‘aidat

Mengisi bulan syawal dengan lanjutan ‘ibadah dan kesalehan ramadhan adalah hal yang dikehandaki oleh Rasulullah saw. Ada saum 6 hari syawwal, pada bulan-bulan berikutnya shaum senin-kamis dan 3 hari purnama. Khatmul quran dianjurkan setiap 40 hari sekali, zakat mal ditunaikan setiap bulan bagi harta penghasilan kerja profesi, begitu pula infak-shadaqah dan wakaf bisa dilakukan setiap saat. Bersamaan dengan itu semua komunikasi sosial kita harus berspiritkan shilaturrahim, tidak boleh memutus hubungan yang baik dengan siapapun, yang berakibat pada qath’urrahim (memutus aliran rahmat dari Allah SWT). Secara khusus relasi kita dengan masjid terus dipertahankan, karena yang benar-benar alumnus pendidikan ramadhan akan menjadi ahli masjid, aktivis dan pemakmur masjid. Performansi seperti itu akan diupayakan oleh orang yang menghambakan diri kepada Allah secara total. Tetapi akan menjadi perkara sulit buat orang yang seolah menjadi ”’ubbadu ramadhan” para penyembah bulan ramadhan, meminjam istilah Syekh Yusuf al Qardhawi. Semangat ’ibadah serta kesalehan mereka ternyata berakhir bersama usainya bulan ramadhan.

Dengan pola ”mudawamatul ’ibadah wal shalah” yakni mempertahankan ’ibadah dan kesalehan agar berkelanjutan (sustainable), maka ketaqwaan yang menjadi goal ’ibadah, benar-benar menjadi milik kita. Sehingga hidup menjadi dinamis serta progresif, kebaikan terus ditambah sedang hal-hal yang tidak baik diminimalisir. Rasulullah saw bersabda yang artinya :”Bertaqwalah engkau kepada Allah dimanapun dan kapanpun juga, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapuskannya, dan bergaullah bersama manusia dengan akhlak yang baik”. (Riwayat Tirmidzi dan Ahmad)

Hadits tersebut memberikan pesan bahwa taqwa harus melekat dan mengaktual, agar mampu mengontrol serta mengendalikan hawa nafsu kita. Sebab manusia senantiasa berada di antara dua dorongan/tarikan “taqwa” atau “hawa”. Taqwa bagai energi positif yang fitri sedang hawa merupakan energi negatif vs fitrah. Adapun perbuatan manusia mempunyai dua sisi, aktif dan pasif. Pada sisi aktif energi taqwa bermakna ”imtitsal” yakni menjalankan dan meluluskan perintah Allah yang wajib dan sunat tanpa diskriminatif. Dan pada sisi pasif, taqwa bermakna ”ittiqa dan ijtinab” melindungi diri dan menjauhi semua larangan Allah. Mulai dari yang haram, kemudian syubhat (remang-remang), makruh tahrim dan makruh tanzih, lalu puncaknya dengan menghindari perkara mubah tapi tidak bermanfaat.

Rasulullah saw bersabda: ”Seorang hamba tidak mencapai derajat taqwa hingga mampu meninggalkan perkara yang boleh demi menghindari dampaknya yang tidak baik” (Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Allahu Akbar wa,lillahilhamd

Pada sisi aktif, taqwa mendorong insan beriman agar mengaktualisasikan imannya dalam pelbagai bentuk kesalehan. Kesalehan individual, kesalehan sosial dan kesalehan profesional. Sebab iman bukan semata keinginan untuk selamat dan bahagia (laisal imanu bittamanni), tetapi harus berupa tekad yang terhunjam kuat dalam kalbu (walakin ma waqara fil qalbi) dan langsung diaktualisasikan dalam amal nyata (washaddaqahul ’amalu). Karenanya Al Quran selalu menggandengkan kata iman dengan ’amal shaleh, tak kurang dari 60 kali. Maka tidak ada iman tanpa kesalehan, sebaliknya tidak ada kesalehan yang sejati tanpa iman. Orang bisa saja berpura-pura baik berpenampilan orang shaleh, tapi sesungguhnya ia tidak lebih dari seorang penipu ulung. Al Quran pun telah memperingatkan kepada orang-orang beriman terhadap tipu daya orang munafik, penipu dan pendusta.

Taqwa tidak boleh parsial sebagaimana iman tidak bersifat parsial. Tetapi hawa nafsu bekerja merusak totalitas taqwa dari ranah sosial dan profesional, mengerdilkannya hanya menjadi urusan pribadi yang personal. Banyak hadits bahwa iman dan taqwa harus eksis dengan signifikan di sektor kehidupan sosial. Antara lain:

- ”Demi Allah tidak beriman (diulangi sampai 3 kali). Sahabat bertanya, siapa itu ya Rasulallah ? Sabda beliau, orang yang tidak menjaga saudaranya dari perbuatan dirinya yang mengganggu” (Riwayat Muslim)

- ”Tidak termasuk golongan kami orang yang tertidur lelap karena kenyang sedang saudaranya lapar, padahal ia mengetahuinya” (Riwayat Thabrani)

- ”Orang muslim itu adalah orang yang menjaga keselamatan masyarakat dari gangguan mulut dan tangannya” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Di bidang profesi, iman dan taqwa berbicara kuat dengan pesannya. Rasulullah saw bersabda: ”Sesungghnya Allah telah mewajibkan berbuat yang ihsan (lebih baik atau terbaik) dalam segala urusan”. (Riwayat Muslim)

Dan sabdanya ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat sesuatu secara mantap (profesional)” (Riwayat Abu Dawud)

Ditegaskan pula ”Siapa yang menipu atau memalsu maka tidak termasuk golongan kami” (Riwayat Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam wawasan dan kesadaran sosial, bahkan ”taqwal arham” (ketaqwaan sosial), manakala kita dalam kondisi sehat tapi di sana ada yang sakit, artinya Allah memberi kesempatan bagi si sehat untuk menolong yang sakit. Pada waktu kita diselamatkan Allah dari bencana sementara banyak saudara kita yang kena, ini artinya kesempatan/peluang bagi yang selamat untuk membantu yang kena bencana dengan apa yang mereka butuhkan dan kita mampu melalukan atau mengupayakannya. Kepedulian yang diberikan sesungguhnya merupakan alat untuk menolong kita sendiri di saat membutuhkan pertolongan. Rasulullah saw bersabda: ”Hanyasanya kamu ditolong dan diberi rezeki dengan kepedulianmu terhadap kaum dhu’afa di antaramu” (Riwayat Bukhari)

Dan sabdanya : “Barang siapa melepaskan seorang mu’min dari bencana di dunia maka Allah niscaya melepaskannya dari bencana di akhirat, Allah senantiasa menolong hambaNya manakala ia mau menolong saudara/sesamanya” (Riwayat Muslim). Itu manfaat yang kembali ke diri kita. Lebih dari itu kesalehan sosial kita akan menjadi premi asuransi pertanggungan dari Allah untuk anak cucu kita, sebagaimana ditulis dalam kisah Dzulqarnain di Surah Al Kahfi ayat 82.

Allahu Akbar walillahilhamd

Kini Allah swt kembali memberikan peluang kepada kita untuk menjadi peserta asuransi Rabbani yang pertanggungannya pasti dibayarkan pada saat kita perlukan, sekaligus asuransi bagi anak-cucu yang preminya kita titipkan kepada Allah. Di sana puluhan ribu saudara-saudara kita di sejumlah kabupaten Jawa Barat menanti kepedulian kita. Ketahuilah bahwa rahmat serta pertolongan Allah sedang menanti di sana bagi setiap muslim yang datang hatta untuk sekedar menengok guna memberi semangat pemulihan.

Dalam sebuah hadits Qudsi dijelaskan bahwa Rabbul ’Izzah berfirman: ”Wahai anak Adam, Aku sakit tapi kamu tidak menengok Aku. Ya Rabb, bagaimana mungkin Engkau sakit bukanlah Engkau Rabbul ’alamin ? Allah menjawab: Celaka engkau, saudaramu sakit tapi tidak kau jenguk, padahal kalau engkau menjenguknya niscaya akan mendapati Aku di sana. Wahai anak Adam, Aku lapar tetapi engkau tidak memberi Aku makanan. Ya Rabb, bagaimana mungkin Engkau lapar padahal Engkau Rabbul ’alamin ? Jawab Allah: celaka engkau, saudaramu menderita kekurangan/kelaparan, sekiranya engkau memberinya makan niscaya engkau akan mendapati Aku di sana. Wahai anak Adam Aku tidak berbusana tapi engkau tidak peduli. Ya Rabb, bagaimana mungkin Engkau tak berbusana bukankah Engkau Rabbul ’alamin? Jawab Allah: Celaka engkau, saudaramu butuh pakaian tapi engkau diam saja, jika engkau memberi mereka pakaian niscaya akan mendapati Aku di sana”.

Allahu Akbar walillahilhamd

Dalam suasana syukur hari lebaran mengekspresikan kegembiraan yang fitri, kita tetap harus waspada terhadap faktor-faktor penyimpangan dari fitrah. Syekh Ibnu ’Asyur dalam tafsirnya menyimpulkan, ada 4 faktor yang memesongkan manusia dari fitrah bawaan dan fitrah hasil pembinaan melalui rangkaian ’ibadah, yaitu:

Pertama, adanya celah kekeliruan pada saat pembinaan karakter manusia. Dimana mereka tidak diberi asupan sebagai insan yang utuh. Pendidikan di rumah dan di sekolah lebih memberi nutrisi fisik jasmani, dengan mengurangkan/mengeringkan nutrisi akal terlebih asupan spiritual. Akibatnya banyak kalangan remaja yang mencerna heroisme dengan gagah-gagahan dalam konflik fisik antar kelompok. Bukan dalam kontestasi keunggulan ilmiah, apalagi berkompetisi dalam keluhungan budi dan citra keadaban.

Kedua, berkembangnya akhlaq yang buruk akibat memperturutkan selera hedonistis, dan keliru dalam mengambil sosok rujukan dan percontohan dari orang-orang yang berpengaruh serta diidolakan. Padahal orang yang diidolakan itu gagal dalam mempertahankan rumah tangganya sendiri, sehingganya keluarganya berantakan.

Ketiga, tidak proporsional dalam menyenangi atau membenci sesuatu atau seseorang. Setiap yang berlebihan menimbulkan ekses yang tidak baik. Kesenangan atau kebencian yang berlebihan membutakan mata hati, sehingga menimbulkan perilaku yang merugikan.

Keempat, salah dalam memenuhi skala prioritas kebutuhan primer, sekunder dan tertier, dengan memperturutkan kesenangan terhadap yang sekunder dan tertier, sehingga dalam perjalanan waktu diperlakukan sebagai kebutuhan primer. Akibatnya muncul beban tambahan pada kebutuhan primer atau bahkan menggeser dan membalikkan posisinya ke peringkat sekunder.

Allahu Akbar walillahilhamd

Kembali ke fitrah bermakna menempatkan segala sesuatu dalam sorotan nurani sesuai dengan tingkat kemaslahatannya. Sedang bergeser atau menyimpang dari fitrah artinya menjadikan sesuatu yang maslahat menjadi kurang maslahat bahkan mendatangkan mudarat. Bagaikan obat yang diabaikan dan racun yang dijadikan obat. Terjadilah ”fasad fil ardhi”, kerusakan di muka bumi, apakah menyangkut fisik-jasmani, kerusakan pada akal fikiran dan krisis dalam mental spiritual. Itu karena penyimpangan dari fitrah telah mengakibatkan kegelapan dalam hati sehingga menjadi ”qalbun zhulmani”. Dalam kegelapan hati apapun yang dilakukan manusia menjadi lepas dari kendali taqwa, lalu diambil alih oleh hawa nafsu yang membawa manusia pada kerendahan dan jatuhnya martabat. Melalui program ilahiah di bulan ramadhan dan di luar ramadhan, dilakukan pemenuhan kebutuhan manusia secara imbang dan tepat, serta membinanya ke tingkat yang lebih maju dan lebih maslahat. Hidup sesuai fitrah adalah hidup yang bermartabat, hidup yang serba baik (hayatan thayyibah); ramah lingkungan sosial dan ramah lingkungan alam bagi kemaslahatan manusia. Suasana fitri dan nurani harus dipelihara jangan sampai rusak terjebak dalam suasana gelap (zhulmani) yang merusak.

Allah berfirman ” Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah keadaannya menjadi baik, dan berdo’alah kepada Allah dengan cemas dan harap, sesunguhnya rahmat Allah itu dekat terhadap mereka yang selalu berbuat ihsan”. (Al A’raf, 56)

Do’a

اللهم صل وسلم علي نبينا محمد وعلي آله وصحبه أجمعين. آمين يارب العالمين

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين زالمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات

اللهم آت نفوسنا تقواها وزكها فأنت خير من زكاها أنت وليها ومولاها

اللهم حبب الينا الإيمان وزينه في قلوبنا وكره الينا الكفر والفسوق والعصيان واجعلنا من الراشدين

اللهم إنا نعوذ بك من النفاق والرياء والشقاق وسوء الأخلاق

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

تقبل الله منا ومنكم

Waktu

Pengikut