About Me

Foto Saya
mujiantono
Saya adalah seorang guru Matematika di sebuah sekolah swasta di Bontang Kalimantan Timur. Saya sangat senang dengan profesi saya sebagai guru, karena disini saya mendapatkan banyak tantangan, mendapatkan banyak ilmu, banyak karakter dan banyak lagi. Selain itu banyak dinamika yang terjadi setiap saat.
Lihat profil lengkapku
Rabu, 07 Juli 2010

Kacang Mangsa Ninggal Lanjaran

Author: Abu Aufa


Ibu, apa yang ibu lakukan saat marah? Teriak-teriak sampe' terdengar tetangga? Diam seribu bahasa, lalu cemberut atau malah memukul? Hati-hati lho, anak adalah 'perekam' yang terbaik dari kejadian yang ia lihat di sekitarnya. Anak bercermin dari lingkungannya, dan lingkungan terdekat adalah orangtua-nya. Siapa tahu anak kita jadi tukang ngamuk, karena emang pernah melihat kita saat marah. Siapa tahu anak kita guling-guling di lantai, karena pernah melihat ibu juga 'gulingan' saat marah. Wah...wah...wah...Nikoniko*

Ayah, pernahkah makan sambil jalan? Kalau pernah, jangan heran kalau anak kita makan pun sambil jalan, karena ayahnya adalah contoh yang pernah dilihatnya. Padahal Rasulullah SAW mengajarkan adab makan adalah sambil duduk. Mungkin pula, saat anak marah pintu yang gak salah pun dibanting, karena pernah melihat ayahnya membanting pintu sekeras mungkin, biar ada yang tahu 'Ini nih, gue lagi marah!" Kowai ne...*

Pepatah Jawa mengatakan, 'kacang mangsa ninggal lanjaran' artinya, kacang tak mungkin meninggalkan rambatannya. Maksudnya, watak dan tingkah laku anak biasanya mirip dengan tingkah laku orangtua. Makanya, saat anak kita nakal, ada orangtua yang cuma nyengir, dalam hati berkata, "Iya ya...kaya' saya dulu." Namun ada pula orangtua yang yakin banget, bahwa anaknya gak bakalan nakal, alasannya, "Lha...dulu saya udah nakal sekalee, jadinya anak saya gak bakalan nakal lagi!" Yang ini model PUEDE buangeett!!!

Ikhwah fillah...
Anak kita adalah ibarat beningnya telaga, dan sebuah telaga laksana cermin diri. Anak juga ibarat permata alami, dan kitalah pemahat-pemahatnya. Seorang pemahat yang tak sabaran, marahan melulu, emosional, maka jangan heran kalau hasil pahatannya serupa dengan perasaannya saat memahat. Namun, pahatan yang terbentuk rapih, memancarkan kilauan keindahan tentu terbentuk dari seorang pemahat yang brilliant, pemahat yang mengerti bagaimana memoles pahatan hingga menjadi 'nilai jual yang tinggi' di mata Allah SWT dan ciptaan-Nya.

Emmy Soekresno, S.Pd. seorang ibu yang sering membawakan seminar tentang anak pernah mengatakan bahwa susunan otak terbentuk dari pengalaman, sehingga jika pengalaman anak takut dan stress, maka respons otak terhadap dua hal itulah yang akan menjadi arsitek otak sehingga dapat merubah struktur fisik otak.

Itulah mengapa kita harus menghindarkan diri dari memarahi anak atau memukulnya. Jika anak kita melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak sopan, sebaiknya kita mulai mengajarkannya mana yang betul dan sopan santun dengan cara yang arif serta penuh kesabaran. Tentunya, contoh yang terbaik dalam hal ini adalah Rasulullah SAW.

Seorang anak yang dibiasakan dan diajarkan kebaikan maka akan tumbuh dalam kebaikan pula, karena itu berbahagialah kedua orangtuanya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidiknya. Namun, jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscaya ia akan menjadi jahat dan binasa. Karena itu hendaklah ia memelihara, mendidik dan membina serta mengajarinya dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang, dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila ia dewasa, demikian menurut Syaikh Abu Hamid Al Ghazali.

Namun...ada masa-masa di mana anak kita memang mengalami masa kemandirian dan sikap negatifnya, atau dengan kata lain sifat bandelnya muncul. Terkadang, perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat kita jengkel. Karena mereka bersikap negatif, apakah kita boleh pula bersikap negatif? Kadang tanpa sadar, kejengkelan kita dijadikan file-file yang tersimpan rapih di memori mereka, hingga saat mereka jengkel mereka dapat menggunakan file-file tersebut kapan saja. Nah lho, kalau gini gimana?

Ada beberapa tips untuk menghindari kemarahan saat kita jengkel kepada anak, yaitu:

1. Kata Rasulullah SAW, kalau marah maka ubahlah posisi. Maksudnya, bila masih marah berbaringlah, karena gak lucukan marah sambil baring. :-) Bila masih marah, ambil wudhu dan minta perlindungan Allah SWT sambil mengucapkan lafadz taawudz 'Audzubillahimisysyaithaanirrajim.'
2. Saat hendak marah, tarik nafas panjang, tenangkan diri. Tinggalkan ruangan, masuk kamar, atau apalah untuk membantu menenangkan perasaan.
3. Jangan 'menyerang' anak dengan kata 'kamu', misalnya nih "Kamu kok gak pernah belajar bersihkan rumah sih!" atau "Aduh...kok kamu gak pernah bisa bangun pagi?" Biasanya kalau mengucapkan kata-kata ini, mata tanpa sadar melotot seperti ikan mas koki, nafas pun tersengal-sengal. Gak percaya, coba aja deh depan cermin. :D Yang lebih baik adalah dengan menggunakan kata 'saya', misalnya nih, "Ibu gak suka lho, kalau kamu buang sampah sembarangan" atau "Sayang, ibu kecewa kalau kamu bangunnya selalu siang" Ini akan mengurangi rasa sakit hati anak.
4. Bila terlalu marah untuk berbicara, tahanlah! Kalau anak sudah dapat membaca, maka ekspresikan perasaan dengan menulis, karena selembar kertas dan sebatang pena dapat membantu mengontrol emosi. Artinya, 'menulis tidak hanya untuk mengikat ilmu' lho, tapi juga untuk 'mengikat emosi.' :-)
5. Ketika anak membuat marah, jelaskanlah mengapa kita kecewa kepada mereka. Jangan menyebut-nyebut kesalahannya yang lampau, karena anak bingung, gak mengerti penyebab kemarahan ayah dan ibunya.
6. Bila terlanjur marah, imbangilah dengan pelukan hangat dan kata maaf. Jangan sok gengsi wibawa akan turun karena melakukan hal itu, karena kita pun selaku orangtua bisa melakukan kesalahan sewaktu-waktu.
7. Saat kemarahan ingin meledak, coba deh menghadap ke cermin. Lihat betapa 'cantiknya' wajah kita saat itu. Mungkin pertanyaan yang muncul, "Ara...kimi dare?"* Mudah-mudahan kita pun tak ingin anak yang kita cintai melihat ekspresi kita saat itu.
8. Evaluasi, kenapa kita marah. Apakah karena kamar anak yang berantakan, anak gak patuh pada aturan, atau karena kita marah karena masalah kita sendiri? Jangan lampiaskan kekecewaan kita dengan pasangan, di kantor, di lab dan lain-lain terhadap anak kita. Apalagi kalau kita 'gondok' sama sensei* lantas pelampiasannya kepada anak, wah...

Akhi wa ukhti yang disayang Allah SWT... Memang, mendidik anak tidaklah seperti mudahnya kita membalik telapak tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orangtua. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya: "Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, sebagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir."

Anak adalah amanah dari Allah SWT kepada kita. Selama ia masih 'dititipkan' kepada kita, itulah salah satu saat kita dapat menuai pahala dari Allah SWT. Kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban dari 'pemiliknya', sudahkah kita mendidiknya dengan baik atau malah sebaliknya. Seperti kata-kata bijak dari Batak, 'Natoras na tutu mengkaholongi ianakkona, ianakkon na tutu pasangap natorasna', orangtua yang benar ialah yang mencintai anak-anaknya dan anak-anak yang benar ialah yang menghormati orangtua.

Tidurlah tidur anakku tidurlah sayang Ibu senantiasa menjaga dan berdoa Agar kelak kau dijadikan manusia Pembebas durjana pelepas duka lara

Puji syukur padaMu ya Illahi Rabbi Tercipta buah hati dambaan insani Kuserahkan jiwa raga sebagai bukti Sang ibu dan ayah bersatu dalam janji

Kususun jemari kusulam kata pinta Hanya kepadaMu, kumohon selalu Luruskanlah jalan dan ringankan langkahku Menuju ridho Mu Illahi

Wallahu a'lam bi showab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Abu Aufa

Notes: (* in Japanese)
- Nikoniko = senyum
- Kowai ne... = menakutkan ya
- Ara...kimi dare? = Oh...kamu siapa? (kata 'ara' merupakan kata surprised, dan kata 'kimi' biasanya hanya digunakan laki-laki dalam keadaan informal) - Sensei = professor, pembimbing

Maraji':
- Majalah UMMI
- Al-Muslimun no.298, Jan 1995
- Sumber-sumber lain yang berhubungan
- Lirik nasyid Snada, Doa Untuk Anakku

0 komentar:

Posting Komentar

Waktu

Pengikut