About Me

Foto Saya
mujiantono
Saya adalah seorang guru Matematika di sebuah sekolah swasta di Bontang Kalimantan Timur. Saya sangat senang dengan profesi saya sebagai guru, karena disini saya mendapatkan banyak tantangan, mendapatkan banyak ilmu, banyak karakter dan banyak lagi. Selain itu banyak dinamika yang terjadi setiap saat.
Lihat profil lengkapku
Kamis, 29 April 2010

Renungan Buat Sang Suami

Wahai sang suami ....
Apakah membebanimu wahai hamba Allah, untuk tersenyum di hadapan istrimu dikala anda masuk ketemu istri tercinta, agar anda meraih pahala dari Allah?!!

Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala anda melihat anak dan istrimu?!!

Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat anda menghampiri dirinya?!!

Apakah memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan meletakkannya di mulut sang istri, agar anda mendapat pahala?!!

Apakah termasuk susah, kalau anda masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap : "Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh" agar anda meraih 30 kebaikan?!!

Apa yang membebanimu, jika anda menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!

Tanyalah keadaan istrimu di saat anda masuk rumah!!

Apakah memberatkanmu, jika anda menuturkan kepada istrimu di saat masuk rumah : "Duhai kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun".

Sesungguhnya, jika anda betul-betul mengharapkan pahala dari Allah walau anda letih dan lelah, anda mendekati sang istri tercinta dan menjimaknya, maka anda mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :"Dan di air mani seseorang kalian ada sedekah".

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika anda berdoa dan berkata : Ya. Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya.

Ucapan baik adalah sedekah.
Wajah yang berseri dan senyum yang manis di hadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tangan mengugurkan dosa-dosa.
Berhubungan badan mendapatkan pahala.

--------------------
Diambil dari kitab " Fiqh pergaulan suami istri " oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.

Duri Dalam Jiwa (Asywak)

Author: Sayyid Qutb

ABSTRACT:
Keterusterangan memang sesuatu yang kadang menyakitkan, apalagi itu adalah sebuah nilai kesucian. Namun, kesucian yang kini tertancap duri tajam akankah mampu menggoyahkan sendi-sendi kebahagian? Akankah seorang lelaki bersabar dan setia menghadapi kenyataan, bahwa sang kekasih telah tertoreh luka karena duri tajam? Sementara, sang wanita yang telah terluka dicekam ketakutan seolah malam persembahan kesucian adalah saat kiamat tiba.

Hidup dalam mimpi telah memperbesar khayalan, dan makhluk inilah yang menjadi teman hidup. Terbebas atau terpenjara oleh mimpi mungkin tidak penting, karena yang terpenting sang lelaki telah tahu apa makna duri yang tersembunyi di tengah jiwa. Duri yang ketika menancap dijiwa memang menyakitkan, tetapi seiring waktu merambat, kehadirannya justru membuat hidup menjadi berharga, setidaknya untuk direnungkan dan digali mutiara intan berlian kekayaan batinnya.

Kerinduan...selalu membuat kehagiaan. Kerinduan itu pulalah yang membuat sepasang kaki seolah berlomba, bergerak bagai mesin bergantian. Karenanya, jantung pun terus memompa rindu, harapan keluar masuk melalui jaringan darah, hingga sekujur tubuh menjadi hidup dan bersemangat. Impian juga menyelimuti hati dan raga, menggerakkan jasad untuk membangun sebuah rumah mungil yang selalu dirindukan, menjalani hari-hari dengan khayalan, dan hidup dalam mimpi-mimpi ini seperti hidup dalam kenyataan. Tapi khayalan pulalah yang membuat kita tenggelam, karena terkadang tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Lantas, apa bedanya khayalan dan kenyataan bila masing-masing ditanggapi dengan hati dan pikiran, serta meninggalkan bekas dalam jiwa dan kehidupan? Apa bedanya antara mimpi dan kenyataan, bila masing-masing merupakan khayalan yang lewat, yang memberikan bayangannya pada jiwa, lalu beberapa saat kemudian bersembunyi dari alam indera?

Kenyataan yang ada, sang kekasih telah tergores luka tajam. Ia tertusuk, sadar telah terbangun dan kehilangan mimpi bersama bidadari yang dituntun dengan kedua mata terpejam menuju tempat tinggal penuh keindahan. Seorang bidadari yang sejak perjumpaan pertama telah membuatnya terpesona dan mabuk kepayang. Karena sang bidadari itu pulalah ia mempersiapkan raga dan seluruh perasaan demi menyongsong hari yang dijanjikan, hidup bersamanya untuk mempersembahkan gairahnya dalam sebuah rumah tangga yang disahkan agama.

Ia membayangkan dirinya di saat-saat tidak lagi hidup di bumi dan hanya merasa bahwa kehidupan adalah semata-mata impian yang membahagiakan. Impian itu kadang berupa lagu merdu yang penuh rahasia, menggemuruhkan hati, menggerakkan pikiran, dan membangkitkan kemabukan, impian, kerinduan, dan keluluhan dalam perasaan. Ia telah mencintai gadis itu yang selalu menyanyi dengan tangan dan hati, dengan urat syaraf dan paras muka yang segar. Gadis itu adalah lagu itu sendiri dalam bentuk nyata sebelum akhirnya duri-duri pun muncul mengganggu. Lagu itu pelan-pelan merayap ke dalam dirinya dan dengan halus nada-nada lembut pun tumpah dalam syarafnya. Diri menjadi tenang dan syarafnya lega. Ia terlena, mabuk, lalu melayang-layang di angkasa rasa yang jernih.

Namun, kenyataan kadang terpisah dengan khayalan, tapi itu menjelma pada dalam diri bidadarinya. Ya! Ia adalah bidadari, sekaligus ibu, ibu yang kelak dari rahimnya terlahir si kecil dengan selimut kasih sayang. Sang bidadari kemudian membungkuk dengan penuh kasih lalu mengangkat si kecil ke dalam dekapannya dengan lembut, menepuk-nepuk punggungnya dan menuju ke ranjang dengan pelan. Kemudian terpampanglah pemandangan yang mempesona yang belum pernah terlihat selama hidupnya, kecantikan yang terpancar dalam wajah rupawan, pandangan penuh kasih dalam dua mata penuh pesona, gerakan lemah dalam anggota tubuh yang matang, dan ciuman panjang dari dua bibir yang menggoda. Ah...ia memang bidadari, karena hanya bidadarilah yang memiliki sifat-sifat keibuan yang sempurna

Saat rembulan menyuguhkan hidangan malamnya, ia merasa ada semacam kesucian pada sang gadis. Namun, saat terlontar pikiran seperti itu, terkadang kedukaan yang begitu berat dan kebisuan menusuk-nusuk, menyedihkan. Ia lalu mematikan lampu, dan menuju tempat tidur sambil mencoba menahan air mata sebisa mungkin. Ketika berbaring, air mata itu bergerak, menerobos kelopak mata, menuju ke pipi, ke bantal dan membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya. Sang lelaki tegar pun tertidur dengan tubuh lemah. Air mata menjadi bahasa sunyi dan wakil dari perasaan duka yang dihimpit oleh nasib.

Saat ia terbangun, ia mendapati dirinya berjiwa harum. Ia bangun dengan jiwa yang jernih, seperti kejernihan seorang sufi. Haruskah ia meninggalkan sang gadis yang telah bergulat dengan duri-duri, dan melawan masa lalu? Bahkan, setelah itu semua, sang gadis memberikan jiwa kepadanya, tanpa tirai atau selimut apa pun. Kerinduan itu menusuk kembali. Perasaannya menggelora hebat dan raganya bergetar karena cinta. Segala sesuatu yang ada pada sang gadis telah menjadi bagian dari kecintaan, disenangi jiwanya, dan mengalirkan cinta dalam tulang sumsumnya. Sesuatu itu diselimuti cahaya mempesona, yang memunculkan khayalan dan mimpi indah memabukkan, hingga ia larut dalam lautan kerinduan.

Akankah sang lelaki bebas atau terpenjara oleh mimpi? Baginya, semua itu tidak penting. Sebab ia telah tahu apa makna duri yang tersembunyi di tengah jiwa. Duri yang ketika menancap dijiwa memang menyakitkan, tetapi lama kelamaan kehadirannya justru membuat hidup menjadi berharga. Setidaknya untuk direnungkan dan digali mutiara intan berlian kekayaan batinnya, juga kekayaan cinta yang sangat sulit dirumuskan ketinggian nilainya. Ya...cinta memang telah membuat sang lelaki merasa kaya, dan ia merasa cukup mensyukuri hal ini selama hari-hari bergerak menuju ujung hidupnya.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Abu Aufa

Pohon Berduri

Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah. Awasi dan berhitunglah dengan perbuatan dirimu yang telah kalian lakukan, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap segala amal perbuatanmu. (al-Quran)

Seorang pemuda menanam pohon berduri didepan rumahnya. Walikota menyuruh sipemuda untuk memotong pohon tersebut dengan kapak milik sang pemuda karena kekhawatiran akan bahaya yang tidak hanya mengancam keselamatan si-pemuda tapi juga para pejalan yang kerap lewat di depan rumahnya. Saat duri-duri dari pohon tersebut telah keluar nanti, ia akan melukai kakinya dan juga kaki para pejalan di depan rumahnya.Belum lagi bahaya-bahaya lain yang sangat mungkin ditimbulkan dari pohon berduri itu. Namun sialnya pemuda kita ini menganggap enteng dan terus menerus mengundur-undur waktu untuk menebangnya. Roda waktu berputar tanpa henti. Bulan berganti tahun, pohon berduri itu telah tumbuh membesar, akarnya menghujam jauh kebumi, dahan dan rantingnya kini sudah menjulur kesana kemari. Sementara pemuda ini telah berubah menjadi seorang kakek ringkih. Ketika mengetahui pohon berduri itu telah benar-benar melukai dan menyengsarakan dirinya dan banyak orang, kakek ringkih ini segera mengambil kapak berniat untuk menebang pohon berduri tanamannya. Namun betapa sayangnya ayunan kapak sikakek sudah tidak mampu lagi menggores kokohnya batang pohon. Usia uzur sikakek telah merenggut kekuatannya untuk menumbangkan pohon berduri tsb, hasil tanamannya sendiri.

Maulana Rumi, penyair Sufi Afghanistan itu menutur cerita ini dalam Masnawi-nya. Rumi mengingatkan kepada kita bahwa penundaan untuk menghentikan tindakan buruk hanya semakin mengokohkan keburukan itu sendiri dan melemahkan energi untuk merubahnya. Didalam hati kita pohon berduri itu tumbuh saat kita melakukan keburukan kepada Tuhan, diri dan sesama. Jangan menunggu waktu, karena tiap detik adalah kesempatan mengakarkan, mengokohkan pohon itu disekujur tubuhmu. Ambillah kapak imanmu segera sebelum terlambat untuk menumbangkannya. Penundaan hanyalah melahirkan ketakberdayaan. Kelak saat kapak imanmu tidak lagi tajam, tubuhmupun sudah kehilangan kekuatan. Belantara pohon berduri itu bahkan kelak menusuk mata, telinga dan hatimu. Sebelum telingamu bernanah oleh cemoohan, matamu menangis oleh kedukaan tak berujung, dan hatimu berdarah oleh himpitan derita dan adzab, tebaslah pohon berduri itu. Janganlah berani melawan waktu, karena waktu selalu menertawakan keringkihanmu.

Mentari Dzulhijjah menutup mata sudah. Rembulan 1 Muharram mengabarkan tahun baru. Jika hidupmu seperti pekat malam, yakinlah selalu ada rembulan dan bintang yang mencerahkan. Sepekat dan segelap apapun hidupmu, setitik cahayapun mampu mengusir ketakutanmu. Ditengah kegelapan hidup di mekkah dahulu, Rasul membawa sahabat-sahabatnya menjemput cahaya kota Madinah. Hijrah, mengubah hidup agar terarah. Hijrah, meneguhkan hidup diatas bimbingan cahaya. Allah adalah cahaya langit bumi, Allah adalah cahaya diatas cahaya (Qs al-nur ;35).

Tekadmu adalah kapak itu. Tebaslah kini pohon-pohon berduri dihatimu. Renggutlah akar-akarnya. Seperti Ibrahim, kakekmu, hancurkanlah berhala-berhala yang membatu disekujur tubuhmu. Belajarlah kini menjadi petani yang selalu merindui hujan. Guyurilah hati dan tubuhmu senantiasa dengan kebeningan rintik ayat-ayat Tuhan. Tanamlah perlahan benih kejujuran, keikhlasan, kesabaran, tulus hati dan pengabdian kepada Tuhan. Rawat dan pupuklah mereka secara sabar. Kelak diakhir tahun, saat mereka berbuah, panen raya mendekapmu dalam bahagia. Saat hatimu lega dan bersuka cita, berbagilah dengan sesama. Hatimu adalah surgamu. Bukan pohon berduri yang harusnya menempati, namun anggur Tuhan yang mestinya bersemayam. Selamat menanam.

----
Mokhammad Yahya/Portal kita 03 March 2003

"Arjuna dan Sang Bidadari"

Namanya Arjuna, persis nama seorang tokoh dalam dunia pewayangan. Tapi ia tak tampan, tak gagah. Apalagi digila-gilai oleh wanita. Arjuna yang ini hanya seorang penjual ulat sebagai pakan burung yang penghasilannya tidak menentu. Tinggalnya di sebuah rumah sederhana dengan ibundanya yang sudah berusia 70 tahunan. Sejak usia 2 tahun Arjuna menderita lumpuh. Penyebabnya adalah demam yang sangat tinggi yang kemudian merusak syarafnya.

Arjuna kini sudah 40 tahun dan tetap lumpuh. Ia pun masih tetap ulet menjalankan profesinya. Sejak beberapa waktu yang lalu ia mempunyai kegemaran baru, suka mengikuti pengajian dari masjid ke masjid. Dari pengembaraannya itu akhirnya ia jatuh cinta pada sebuah masjid di sebuah pondok pesantren yang dipimpin oleh seorang kyai yang masih muda dan berkharisma.

Pagi itu Arjuna tampak rapi dan wangi. Ia menggunakan baju terbaiknya, sebuah baju koko berwarna putih yang dimintanya pada sang ibu untuk disetrika licin-licin. Ia sudah siap menuju pengajian di pondok pesantren. Jaraknya lumayan, dari Jl. Pendawa Dalam, Bandung, ke daerah Gegerkalong Girang. Apalagi bagi seseorang yang tak berfisik sempurna seperti Arjuna, jarak itu terasa lebih dari sekedar lumayan.

Arjuna merangkak di depan rumahnya, lalu dengan suara cadelnya berteriak memanggil becak di ujung jalan. Sang tukang becak pun tanggap dengan panggilan Arjuna. Ia mafhum, Arjuna pasti akan pergi ke pondok pesantren.

Arjuna duduk manis di dalam becak, hingga sampai ke jalan besar. Di jalan besar, sang tukang becak membantu memanggilkan taxi. Satu taxi lewat, taxi berikutnya juga, dan berikutnya, lalu berikutnya. Arjuna tetap duduk manis di dalam becak, tersenyum. Keringat mengucur di tubuh sang tukang becak yang tampak sedikit kesal tidak satu pun taxi yang mau berhenti.

Membawa Arjuna sebagai penumpang taxi memang berbeda. Sang sopir taxi harus rela membantu menggendongnya. Maka tak heran kalau tak semua sopir taxi mau. Tapi Allah selalu memberikan pertolongan-Nya. Sebuah taxi meluncur pelan dan berhenti. Sampai di pondok pesantren Arjuna disambut oleh beberapa orang jemaah. Ia sama sekali tak dipandang sebelah mata. Justru banyak orang yang sayang padanya, termasuk sang kyai.

Ceramah pun dimulai. Seperti kali yang lalu. kali ini Arjuna tak mampu membendung air matanya. Semangatnya membara. Bukan hanya itu bahkan bergejolak. Bagai sebuah handphone yang perlu di-charge, inilah saat-saat Arjuna menge-charge jiwanya. Total biaya Rp.50.000,- yang harus ia keluarkan untuk pulang pergi ke pondok pesantren, serasa tak ada harganya dibanding dengan setrum yang menyulut dirinya. Ajuna jadi lebih semangat bekerja, lebih semangat mengumpulkan uang untuk bisa datang ke pengajian.

Arjuna sekarang jadi rajin ibadah malam. Sifat pemarahnya mulai hilang, jadi lebih sabar dan optimis. Pelan-pelan keinginan itu muncul. Suatu keinginan yang sama sekali tak pernah berani untuk ia mampirkan walau sekilas di kepalanya.

"Ibu, Arjuna kepingin kawin!" Suara cadel Arjuna bagai geledek yang memecah kesunyian malam di telinga sang ibu.

"Arjuna enggak mimpi kan?" sang ibu bertanya sambil menguncangkan tubuh Arjuna yang tergolek lemah di tempat tidur.

" Eh ibu, Arjuna mah bangun. Ini enggak mimpi. Sungguhan, Arjuna kepingin kawin."

Sang ibu menelan ludahnya beberapa kali, miris. "Jang, kamu teh mau kawin sama siapa?"

"Nggak tau. Tapi Arjuna sudah minta sama Allah."

Mata sang ibu hampir-hampir tak kuat membendung air mata yang hendak tumpah. "Bener atuh, kalau memohon ya sama Allah."

Sang ibu bingung apa yang harus ia lakukan. Menghibur Arjuna dan membangun mimpi-mimpi indah yang kosong melompong. Atau membuatnya melek melihat kondisi cacatnya. Tapi itu sama saja artinya dengan menghempaskannya ke jurang dalam. Sang ibu cuma bisa menyerahkan pada Allah, apapun kehendak-Nya.

Malam purnama. Arjuna baru saja selesai sholat tahajud. Ia merenungi keinginannya yang mulai menjadi azzam. Pikirannya berkecamuk. "Tapi, kalau nanti punya istri pasti biaya akan bertambah. Sekarang saja hidup sudah pas-pasan. Ah, rejeki kan sudah diatur oleh Allah, tinggal kita yang harus ikhtiar. Tapi, mau nikah sama siapa. Eh, iya ya. Siapa yang mau sama saya yang jalan aja mesti merangkak, mau ke mana-mana mesti digotong. Ah, itu kan sama juga, jodoh sudah diatur sama Allah. Tinggal ikhtiar saja. Besok saya akan bilang sama Pak Kyai, minta dicarikan istri."

"Pak Kyai, saya kepingin kawin!"

Pak Kyai itu pun kaget tak beda seperti ekspresi sang ibu ketika mendengar ucapan Arjuna. Dengan sabar Kyai berkata, "Wah bagus itu. Menikah kan sunnah Rasulullah, apalagi kalau niatnya untuk ibadah."

"Iya, iya, saya kepingin kawin karena kepingin ibadah. Kepingin punya anak-anak yang normal dan berjuang di jalan Allah."

"Arjuna mau menikah dengan siapa?"

"Saya ingin minta dicarikan sama Pak Kyai."

Pak Kyai pun menggaruk-garuk kepalanya. Bukan amanah yang ringan. Sudah berkali-kali ia mempertemukan jodoh diantara santri-santrinya. Diantaranya ada juga yang tidak sekali langsung jadi. Itu pun santri-santri yang normal, tapi Arjuna...?!

Sang Kyai bukan mengecilkan arti Arjuna. Semua orang sudah ditentukan takdirnya oleh Allah. Dan tak akan tahu takdirnya bagaimana kecuali dengan berusaha. Tapi usaha yang harus dilakukan untuk mencari istri untuk Arjuna bukan perkara mudah. Tapi Allah berkehendak lain. Sang Kyai akhirnya menemukan sang gadis.

Gadis itu normal, juga sholehah. Ia salah satu jamaah yang kerap mengikuti pengajian Kyai. Kyai mengucap syukur yang tiada tara, karena akhirnya gadis itu mengucapkan kesediaannya menikah dengan Arjuna.

Ina, gadis itu, jelas-jelas tahu Arjuna yang akan dinikahinya berfisik tak sempurna. Sangat jauh dari gambaran tokoh Arjuna yang ada di lirik lagu.

"Kenapa Ina mau menikah dengan Arjuna?" tanya sang Kyai. "Ina sudah tahu apa resikonya? Apa yang akan dihadapi di kemudian hari?"

"Niat saya cuma ingin mencari keridhoan Allah. Saya ingin menjadi bidadari di syurga nantinya," kata sang gadis dengan mantap.

Pagi hari di bulan Agustus 2002 itu seakan bersinar lebih cerah dari biasanya bagi Arjuna. Sebelum berangkat, ia menangis. Bukan sedih, justru kebahagiaan luar biasa yang tak terbendung. Suatu keajaiban yang tak pernah ia bayangkan akan terwujud. Mulanya hanya sebuah keinginan, lalu menjadi tekad, dan kini menjadi nyata. Allah mengabulkan permohonannya.

Terbata-bata Arjuna mengucapkan ijab kabul. Bukan karena grogi, tapi karena memang ia kesulitan mengucapkan kata-kata. Dua ratus pasang mata ikut berlinangan airmata, tak kuasa menahan haru yang tiba-tiba menyeruak. Arjuna menyerahkan mas kawin berupa 23 gram emas kepada istrinya. Lalu Arjuna bersujud di hadapan ibunya, menangis tersedu-sedu.

Di hadapan para tamu, sang Kyai berkata, "Kita harus banyak belajar dari Arjuna, seseorang yang diberi ujian berupa kekurangan fisik dari Allah, namun tidak takut dan berani mengambil keputusan terhadap masa depannya. Arjuna adalah contoh seseorang yang berserah kepada Allah, yakin akan rejeki yang sudah ditetapkan-Nya. Semoga Allah memberkahi pasangan pengantin ini, menjadikannya sakinah, mawadah, warrahmah." Doa sang Kyai ini pun di amini oleh para tamu walimah.

Arjuna memandangi istrinya penuh haru. Ina baru saja selesai mencuci baju. Arjuna senang sekali, kini ia tak lagi mencuci baju sendiri seperti ketika bujangan dahulu. Ina juga selalu merawat dengan penuh ikhlas dan telaten. Seorang gadis telah Allah kirim untuk menjadi pendampingnya di dunia. Arjuna berharap Ina juga akan menjadi bidadarinya di surga nanti. Insya Allah.


(inspired by true story of Sugiarto & Kusminah, jamaah Daarut Tauhiid Bandung)

Dari Ibu, Kita Belajar Mengenal Allah

sumber : Era Muslim


"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)." (QS. Al AhQaaf 46:15)

"Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS. Luqman 31:14)

Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya, Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah?" Jawab beliau, "Ibumu!, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat". Sahabatku tercinta rahimakumullah, bukankah Ibu adalah orang pertama yang kita kenal ketika hadir di alam ini? Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl 16:78)

Beliau sambut kehadiran kita dengan penuh senyum kebahagiaan. "Alhamdulillah," ucapnya lirih, betapa Allah Maha Kuasa, sungguh peristiwa melahirkan adalah suatu peristiwa yang teramat sangat luar biasa bagi seorang wanita. Tak terbayangkan betapa menderita berjuang antara hidup dan mati. Tiada peduli urat-urat beliau terputus, Masya Allah, betapa sungguh tak ternyana sakitnya

Tapi beliau ikhlas, "Untuk anakku tercinta akan kukorbankan seluruh jiwa raga". Betapa mulia seorang ibu, beliau sabar memelihara, menjaga, merawat, dan membesarkan kita. Duh ketika keremangan malam yang dingin ia dapati kita menangis. Beliau terjaga, beranjak bergegas menghampiri, memberikan apa yang kita pinta. Masya Allah . Beliau sangat sayang dan begitu pengasih, ketika kita sudah bisa bermain, berlari terkadang ibu memarahi kita, "Jangan main di sini anakku... nanti kotor, jangan begini begitu karena tidak baik!". Semua itu dilakukannya karena tidak ingin kita celaka...

Ketika kita beranjak dewasa, perlu makan beliau rela tak makan demi kita kasih sayangnya begitu tulus tanpa pamrih tak mengharapkan apa-apa kecuali kita sehat dan selamat. Hari berganti hari detik, menit, waktu akhirnya kita sadari hakikat keberadaan diri ini. Jadi... terbuktilah bagaimana Allah Swt itu Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Dengan Cinta-Nya Ia memperkenalkan diri-Nya melalui perantara seorang Ibu. Kalau ibu saja begitu, apalagi Allah yang menciptakan kita? Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaa ha ilallah, Wallaahu Akbar. Karena pengorbanan Ibu yang tak terhingga itulah, Allah mewajibkan (memerintahkan) kita supaya berbakti (berbuat baik) kepada beliau.

"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra’ 17:23)

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau Ridhai: berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al AhQaaf 46:15).

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra'17:24)

Dari Abu Hurairah r.a, katanya: "Seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, 'Ya, Rasulullah, siapakah dari keluargaku yang paling berhak dengan kebaktianku yang terindah?' Jawab beliau, " Ibumu! Kemudian ibumu Kemudian ibumu, Kemudian bapakmu, kemudian yang terdekat kepadamu, yang terdekat.

Perbandingan cinta menurut Rasulullah kepada Ibu dibanding Bapak adalah 3:1. Berbakti sebaik-baiknya pada orangtua juga merupakan jihad yang Allah janjikan sangat besar pahalanya. Sebagaimana sabda Beliau Saw: Dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a. katanya: Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw. Lalu dia berkata: "Aku bai’at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku mengingini pahala dari Allah. Tanya Nabi Saw, "Apakah orangtuamu masih hidup? Jawab orang itu, "Bahkan keduanya masih hidup". Tanya Nabi Saw, "Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?" Jawabnya, " Ya!" Sabda Nabi Saw, "Pulanglah kamu kepada kedua orangtuamu, lalu berbaktilah pada keduanya sebaik-baiknya!". Besar pahalanya juga seimbang dengan besar dosanya jika tidak berbakti padanya.

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw sabdanya: "Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!" Lalu beliau ditanya orang, " Siapakah yang celaka, Ya Rasulullah?" Jawab Nabi Saw, " Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya)".

Bukti kecintaan Rasulullah kepada Ibu, dapat dilihat dibawah ini, Dari Fadhal r.a, katanya: Seorang perempuan dari Khats'am bertanya kepada Rasulullah Saw, katanya: " Ya, Rasulullah! Bapakku sudah tua renta, kepadanya terpikul kewajiban menunaikan ibadah haji, sedangkan dia sudah tak sanggup duduk di punggung untanya, bagaimana itu? Jawab Rasulullah Saw, "Hajikanlah dia olehmu!" Dari Aisyah r.a., katanya : Seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah Saw, " ya Rasulullah! Ibuku meninggal dengan tiba-tiba dan beliau tidak sempat berwasiat. Menurut dugaanku, seandainya dia sempat berbicara, mungkin dia akan bersedekah. Dapatkah beliau akan pahalanya jika aku bersedekah atas nama beliau?" Jawab Rasulullah Saw, " Ya, dapat!" Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Sa'ad bin Ubadah pernah minta fatwa kepada Rasulullah Saw. Tentang nazar ibunya yang telah meninggal, tetapi belum sempat ditunaikannya. Maka bersabda Rasulullah Saw, "Bayarlah olehmu atas namanya!" " Bagaimana jika Orangtua kita menyuruh untuk mepersekutukan Allah? "Allah Berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Luqman 31:15).

Dari Asma’ binti Abu Bakar r.a., katanya: "Ketika terjadi gencatan senjata dengan kaum Quraisy, ibuku yang ketika itu masih musyrik mendatangiku. Lalu aku minta izin kepada Rasulullah Saw. Seraya berkata:" Ya Rasulullah! Ibuku mendatangiku, karena beliau rindu kepadaku. Bolehkah aku menemuinya?". Jawab rasulullah Saw, " Ya, boleh! Temuilah ibumu!" Begitu besar perhatian Allah dan kekasih-Nya pada orangtua kita. Walaupun Beliau (orangtua) menyuruh kita mepersekutukan Allah, Allah dan Rasul tetap mengharuskan kita untuk berbuat baik kepada orangtua kita.

Karena itulah sahabatku, Janganlah cinta kita pada seseorang melebihi cinta kita pada ibu. Bukankah peran seorang ibu sangat besar dalam kehidupan ini?! Kita terkadang tidak menyadari setelah kita dewasa, tidakkah kita terpikir mampukah kita membalas kasih sayang orang tua kita?.

Sahabatku, seorang lelaki dikatakan baik jika ia mampu menghargai seorang wanita. Dan wanita itu dikatakan mulia jika ia senantiasa menghargai dirinya. Tidak ada bekas ibu ataupun bekas anak. Dan jika rasa cintamu pada ibu lebih besar, Insya Allah... Para laki-laki shalih akan merasa bahwa kelak pendampingnya adalah anugerah terindah yang diberikan Allah Swt pada dirinya, dan tidak akan mampu mencari penggantinya.

Para wanita shalihat akan selalu belajar menutupi kekurangannya, karena ia yakin bahwa "saya adalah yang terindah" dihatinya... Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya Rasulullah Saw, bersabda: "Dunia ialah kesenangan. Sebaik-baik kesenangan dunia ialah perempuan yang saleh".

Jika para laki-laki shalih mendapati pasangannya suatu kekurangan, sungguh itu tak sebanding dengan kelebihannya. Maka itu bimbinglah sahabat sejatimu menjadi sempurna dengan bimbingan yang bijaksana, sebagaimana Rasulullah membimbing.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi Saw bersabda: "Siapa yang iman dengan Allah dan hari kiamat, maka apabila dia menyaksikan suatu peristiwa, hendaklah dia menanggapi dengan baik atau diam. Bijaksanalah membimbing wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan bahagiannya yang paling bengkok ialah yang sebelah atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, niscaya dia patah. Tetapi jika engkau biarkan, dia akan senantiasa bengkok. Karena itu bijaksanalah membimbing wanita dengan baik."

Dan hidup ini akan selalu menyapu kesejukan dan keteduhan dalam diri kita semua. Membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan senantiasa diberkahi Allah Swt. Aamiin, Ya Rabbal aalamiin.

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku pada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim 14:41)

CINTA TAK TERBATAS

oleh : Nur Mahmudah Putri


Kadang saya iri melihat orang -orang disekeliling saya,disayangi oleh seseorang?Apalagi dibulan Februari.Di mana-mana nuansa Valentine.Saya memang penganut tiada pacaran sebelum akad ?tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.

Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga wawar merah.Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor.(Deuh,Meteor Garden banget!He.....he).

Yah ,mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin mudah-mudahan.Tapi sampai saatnya tiba,bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?

Lalu saya pun tersadar tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan sayang? betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka.Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya sebelum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga.... Belum tentu bisa jadi kebanggaan.... Jangan-jangan hanya jadi beban....

Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam.... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya.... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat dirumah sakit.... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar.... Dari Orang tua teman yang bersedia mengantar saya pulang larut malam.Betapa seringnya kita tidak menyadari....

Tidak hanya dari mahluk hidup.Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan .Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik Bumi agar tidak tersedot kearah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam Bumi juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah,tapi setahu saya sich kira-kira begitulah)

Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh.... Begitu banyaknya berbuat Dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup.... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tiada khusyunya. Padahal kalau ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam.... Coba, mana ada sich kebutuhan saya tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? tapi tetap saja, berbuat maksiat,dosa.... Malu....

Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini . Tapi bukankah itu bagian dari kasihNya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa cara itu Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya.Pasti!

Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? kalau saya,(malu nich.... ) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang lain. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya, Mata tidak digunakan semestinya.... Lisan kejam dan menyayat-nyayat.... Waktu yang terbuang sia-sia

Kalau sudah seperti ini,rasanya iri pada semua hal-hal yang berbau pacaran pra nikah? hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? memang tidak ada yang mengantar-antar saya kemana-mana, tapi Allah mengawal saya disetiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat menemani saya setiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?

Entah cinta yang resmi? itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas.... (Nur Mahmudah Putri)

Wassalaamu'alaikum wr wb

Say no to gosip

"Eh...eh....lo taw ga seeeh.....si itu kan bgini bgini bgini lho...." dan banyak lagi kalimat2 sejenis yg mungkin sering kita dengar ataw bahkan ucapkan yg berbau/mengarah kpada pembicaraan ttg brita/gosip mengenai org lain ; baik itu seleb...gebetan/pacar...orang2yg kita kenal....sampe org2 yg ga/blm kita kenal.

Mungkin bagi kita yg tidak menyukai kgiatan bergunjing/bergosip seperti itu bertanya2 kenapa banyak banget orang2 yg malah suka bgt hal2 yg berbau gossip sperti itu.... yaaa... mungkin slain krn sudah sangat terbiyasa dengan hal itu dan kurang memahami ttg agama,mungkin karna mereka juga manusia yg sangat bisa terpengaruh oleh ligkungan sekitarnya....misalnya kalo seseorang bergaul dengan orang2 yg seluruhnya sangat mengemari hal2 sperti itu , walawpun pada awalnya ia tidak menyukai hal tsb , tapi sangat mungkin dkemudian hari ia pun akan ikut2 menyukai hal2/kegiyatan2 seperti itu...

Slain itu , Media pun sbenarnya menjadi salah satu pnyebab kenapa gosip/ghibah menjadi seperti sudah sangat mem-budaya.... Liat aja contohnya ; mulay dari banyak banget layanan2 sms yg menyediakan jasa memberikan gossip/kabar terbaru dr para seleb...halaman2 majalah/tabloid yg di isi dengan issue2 murahan plus ga penting ttg para seleb...dtambah lg,mulay dr pagi sampe sore,banyak media pertelevisian n radio yg menyajikan gossip mengenai selebritis baik itu seleb luar mawpun seleb dlm negri sendiri padahal jelas2 it hal2 yg tdk berbobot , hanya mnambah dosa dan membuang2 waktu...

Kenapa bergosip alias bergunjing alias berghibah itu tidak berbobot...? Ya iyaaaalaaaah.... Emang apa manfaatnya bagi kita? Apa itu akan menjadi salah satu soal yg kluar pada saat kita tes/ujian/ulangan? Apa dengan kita taw gosip terbaru itu membuat ilmu pngetahuan kita bertambah luas? lagipula...daripada banyak pngetahuan tentang gosip2 gitu,mendingan banyak pngetahuan tentang hal2 yg lebih berguna seperti apa aja yg udah tjadi dgn bangsa ini slm sekian kurun waktu ataw tau perkembangan ekonomi,teknologi,politik,dll di dalam negri n di luar negri atawpun hal2 positip lainya.

Terus...kok bergosip alias bergunjing alias berghibah itu bisa menambah dosa...?? yaaa....soalnya kan bergunjing itu byasanya ga cukup cuman satu kali....n byasanya kita akan terus menerus bergunjing n jadi terbiyasa dengan itu sampe2 kita sendiri juga ga sadar bahwa yg kita lakukan itu sdh termasuk bergunjing.... and dengan begitu...walawpun misalnya dosa ghibah itu termasuk dosa kecil pun , karna dlakukan berulang-ulang kali.... sangat mungkin dosa yg dtimbulkanya jauh lebih besar daripada dosa yg dtimbulkan karna kita mlakukan dosa besar satu kali .

Slain itu , Firman allah dlm q.s al-hujurat ; 12 ttg larangan berghibah :
"hai org2 yg beriman, jauhilah kbanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan org lain , dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yg lain . suka-kah kalian memakan daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya . dan bertakwalah kepada allah . sesungguhnya allah maha penerima tobat . "

Slain itu,mnurut Yusuf Qardhawi dalam "halal dan haram dalam islam" , Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedang mereka itu tidak ada di hadapannya. Ini menunjukkan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini salah satu bentuk daripada penghancuran. Sebab ini berarti melawan orang yang tidak berdaya. Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca.

Terus , Kenapa bergosip alias bergunjing alias berghibah itu membuang-buang waktu?

Karena ga ada manfaatnya sama sekali bagi kita... misalnya ada seleb yg digosipin cinlok sama lawan maenya dlm swatu film.... So what? Lha yg jatuh cinta dia , kok qt yg repot...? Trs...misalnya seorang temen mengatakan "eh...si itu tuh bgini bgini dan bgini" so...?? Kalo emang bener dia gt kenapa n kalo ternyata dia ga bgitu juga kenapa...?? Ngapain harus ngabisin waktu untuk hal2 yg sia2 seperti itu...apalagi kalo pake acara nyempein/ngaduin org yg ngomong itu ke org yg djadikan bahan omonganya itu...itu sama saja dengan ngadu domba...! ataw kalo kita udah pake acara nyebarin brita/gossip ke org2 n ternyata tuh gosip salah.....ya....bisa2 kita ga sadar bahwa itu sudah bukan hanya ghibah aja tapi juga sudah jadi suuzon ataw bahkan pitnah and itu termasuk dosa besar.

So... ngapain ngabisin waktu untuk bergosip/berggunjing...?slain hal2 spt itu ga berbobot , mnimbulkan dosa n buang2 waktu, itu juga bisa membuat imej yang ga bagus tentang kita.... yaa....kecuali kalo udah sangat terbiyasa dengan imej "bigos" alias biang gosip ataw perumpi/penggosip dan ga menganggap imej seperti itu adalah imej yg memalukan/ga bagus....

And dengan menghindari dr hal2 yg ga berguna sperti bergosip/bergunjing spt itu ,slain dpt menghindarkan diri dari mlakukan dosa besar , smoga aja allah menggolongkan kita pada golongan org2 yg menjauh dr perkara2/hal2 ga berguna yg dsayangi oleh allah pluz di rindu surga....

So,say no to bergossip right now....!! kalo bukan skarang , kapan lagi....? jangan sampe kita baru berpikir untuk berhenti mlakukan dosa stelah kita melihat malaikat izrail hendak mencabut nyawa kita.....



------
ailovyu88@yahoo.com

5 (Lima) "S"


oleh : KH. Abdullah Gymnastiar


Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?

S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?

S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?

S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.

S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?

Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Jangan Terlena Dengan Kenikmatan Semu Itu

Di saat Allah menghendaki terjadinya hari kiamat, Dia pun memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup terompetnya dua kali. Tiupan pertama sebagai pertanda untuk membinasakan seluruh makhluk yang ada di muka bumi dan langit, sedangkan tiupan kedua untuk membangkitkan mereka kembali.

Allah ta'ala berfirman: "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri (menunggu (putusannya masing-masing)." (QS. Az-Zumar: 68)

Maka, setelah malaikat Israfil meniupkan terompetnya yang kedua kalinya, seluruh makhluk pun dibangkitkan dari kuburnya oleh Allah ta'ala, lalu mereka dikumpulkan dalam suatu padang yang amat luas yang rata dengan tanah (QS. Thaha: 107. Lihat Tafsir As-Sa'di hal. 462), dalam keadaan tidak berpakaian, tidak memakai sandal, tidak berkhitan dan tidak membawa sesuatu apapun.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pada hari kiamat nanti para manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak memakai sandal, tidak berpakaian dan dalam keadaan belum berkhitan. Aisyah bertanya, 'Wahai Rasulullah, kaum pria dan wanita (berkumpul dalam satu tempat semuanya dalam keadaan tidak berbusana?!) apakah mereka tidak saling melihat satu sama lainnya?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab, 'Wahai Aisyah kondisi saat itu amat mengerikan sehingga tidak terbetik sedikit pun dalam diri mereka untuk melihat satu sama lainnya!'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya, saat itu masing-masing dari mereka memikirkan dirinya sendiri dan tidak sempat untuk memikirkan orang lain, meskipun itu adalah orang terdekat mereka. Allah ta'ala berfirman:
"Pada hari itu manusia lari dari saudaranya. Dari bapak dan ibunya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya." (QS. 'Abasa: 34-37)

Semua manusia saat itu berada di dalam ketidakpastian, masing-masing menunggu apakah ia termasuk orang-orang yang beruntung dimasukkan ke taman-taman surga, ataukah mereka termasuk orang yang merugi dijebloskan ke dalam lembah hitam neraka.

Dalam kondisi seperti itu Allah ta'ala mendekatkan matahari sedekat-dekatnya di atas kepala para hamba-Nya, hingga panasnya sinar matahari yang luar biasa itu mengakibatkan keringat mereka bercucuran.

Al-Miqdad bin al-Aswad bercerita: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada hari kiamat nanti matahari turun mendekati para makhluk hingga hanya berjarak satu mil... Pada saat itu kucuran keringat masing-masing manusia tergantung amalannya; di antara mereka ada yang keringatnya sampai di mata kakinya, ada pula yang keringatnya sampai lututnya, ada yang keringatnya sampai perutnya serta ada yang tenggelam dalam keringatnya sendiri!" (HR. Muslim)

Demikianlah para manusia saat itu berada di dalam kesusahan, kebingungan dan ketidakpastian yang tiada bandingannya, padahal satu hari pada saat itu bagaikan 50 ribu tahun hari-hari dunia! (Lihat Majmu' Fatawa wa Rasa'il Ibn Utsaimin (II/23))

Allah ta'ala berfirman: "Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun." (QS. Al-Ma'arij: 4)

Seandainya kita mau berpikir betapa mengerikannya hari-hari itu lantas kita merenungkan jalan hidup kebanyakan manusia di dunia yang kita lihat selama ini, niscaya kita akan sadar betul bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang telah terlena dengan keindahan dunia yang semu ini dan lupa bahwa setelah kehidupan dunia yang sementara ini masih ada kehidupan lain yang kekal abadi yang lamanya satu hari di sana sama dengan 50 ribu tahun di dunia!

Kita telah terlena dengan gemerlapnya dunia dan lupa untuk beribadah kepada Allah dan beramal saleh, padahal pada hakikatnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja! Tidak lebih dari itu. Suatu waktu yang amat singkat!

Ya, kalaupun umur kita 60 tahun, sebenarnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja. Karena umur yang 60 tahun itu akan dikurangi masa tidur kita di dunia yang jika dalam satu hari adalah 8 jam, berarti masa tidur kita adalah sepertiga dari umur kita yaitu: 20 tahun Lalu kita kurangi lagi dengan masa kita sebelum balig, karena seseorang tidak berkewajiban untuk beramal melainkan setelah ia balig, taruhlah jika kita balig pada umur 10 tahun, berarti umur kita hanya tinggal 30 tahun!

Subhanallah, bayangkan, pada hakikatnya kita diperintahkan untuk bersusah payah dalam beramal saleh di dunia hanya selama 30 tahun saja! Alangkah naifnya jika kita enggan untuk bersusah payah selama 30 tahun di dunia beramal saleh, sehingga akan berakibat kita mendapat siksaan yang amat pedih di akhirat selama puluhan ribu tahun!

Allah telah memperingatkan supaya kita tidak tertipu dengan kehidupan duniawi yang fana ini dalam firman-Nya: "Wahai para manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayai kalian, dan janganlah sekali-kali (syaitan) yang pandai menipu, memperdayakan kalian dari Allah." (QS. Faathiir: 5)

Mengapa orang yang tertipu dengan kehidupan duniawi benar-benar telah merugi? Karena kenikmatan dunia seisinya tidak lebih berharga di sisi Allah dari sebuah sayap seekor nyamuk!

Sahl bin Sa'd bercerita bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya dunia sepadan dengan (harga) sayap seekor nyamuk; niscaya orang kafir tidak akan mendapatkan (kenikmatan dunia meskipun hanya seteguk air." (HR. Tirmidzi)

Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beribadah kepada Allah ta'ala, mulai dari mencari ilmu, shalat lima waktu berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama terutama tetangga, mendidik keluarga sebaik-baiknya. Juga berusaha untuk menjauhi apa yang dilarang-Nya. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang disebutkan Allah ta'ala dalam firman-Nya:

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, 'Ya Rabbi, keluarkanlah kami. niscaya kami akan mengerjakan amalan saleh berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan.' Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup bagi orang yang mau berpikir?! Maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun." (QS: Faathir: 37)

Namun mereka tidak akan mungkin bisa kembali lagi ke dunia. Demikian pula mereka tidak akan mati di neraka. Allah ta'ala bercerita:

"Mereka berseru, 'Wahai Malik, biarlah Rabb-Mu membunuh kami saja.' Dia menjawab, 'Kalian akan tetap tinggal (di neraka ini). Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kalian, namun kebanyakan kalian benci terhadap kebenaran tersebut.'" (QS. Az-Zukhruf: 77-78)

Jangankan untuk menghentikan siksaan, untuk mendapatkan setetes air pun mereka tidak bisa. Allah ta'ala mengisahkan:

"Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, 'Berilah kami sedikit air atau makanan yang telah diberikan Allah kepada kalian.' Mereka (penghuni surga) menjawab, 'Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.' (Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami." (QS. Al-A'raf: 50-51)

Semoga kita semua bukan termasuk golongan tersebut di atas, amin ya Rabbal 'alamin.

Tulisan ini terinspirasi dari salah satu nasihat yang disampaikan guru kami Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad dalam salah satu kajian beliau dalam kitab Al-'Aqidah Al-Wasithiyyah yang diadakan di masjid al-Jami'ah al-Islamiyah Madinah tiap Kamis pagi.

Penulis: Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.

Di Sisinya Selalu Ada Cinta

Author: Abu Aufa


Pagi yang cerah selalu membuatku bergairah menapakkan kaki di aspal hitam yang masih tampak basah. Merentas jeruji cahaya mentari yang masih malu menembus putihnya awan, bertemankan canda mesra kupu-kupu beraneka warna dan bunga-bunga yang merekah. Megahnya simfoni alam yang melantunkan senandung tasbih dan tahmid dari tetesan sisa-sisa embun di tanah, seakan menambah pesona pagi yang indah.

Di jalanan juga tampak banyak orang yang dengan penuh semangat berolah raga. Ada yang hanya berjalan santai menghirup udara segar, ada pula yang berlari-lari kecil dan tak sedikit yang terlihat menuntun anjingnya yang bergerak lincah kesana kemari. Wajah-wajah mereka terlihat segar dielus lembut sinar mentari pagi, padahal beberapa di antaranya tampak tidak lagi berusia muda, terlihat dari guratan-guratan keriput di wajah.

Tampak dari kejauhan dua sosok manusia berjalan ke arahku, "Selalu mereka," aku bergumam dalam hati. Semakin dekat, semakin terdengar nafas yang terengah-engah dan terlihat simbahan peluh yang mengucur membasahi sekujur tubuh mereka.

"Ohayou gozaimasu," sapa obachan itu ramah seraya sedikit membungkukkan tubuhnya.

Di sampingnya, anak lelaki yang berkepala besar dan berperawakan pendek itu juga terdengar menyapa, namun dengan suara tak jelas. Terlihat dari raut wajahnya ia berbeda dengan anak yang umurnya sebaya. Wajah itu berhiaskan mata yang sipit dan turun, dagu yang kecil membuat lidah terlihat menonjol keluar serta lebar tengkorak tampak pendek di kepalanya yang dicukur botak.

Sekali-kali tangan lebar dengan jari-jari pendek itu susah payah menyeka wajahnya dengan handuk kecil, tampak koordinasi gerakan tangannya lemah sekali. Tak jarang obachan di sebelahnya ikut membantu, dihapusnya cucuran keringat anak lelaki itu dengan kasih sayang, penuh selaksa cinta yang terpancar jelas dari binar matanya. Seketika, mata anak lelaki yang sering menatap kosong itu pun terlihat senang.

"Kono ko wa uchi no musuko desu," katanya terdengar jelas dan bangga, seakan tahu pertanyaan yang menyergap di benakku.

Aku hanya tersenyum, menganggukkan kepala dan tak berkata apa-apa. Seiring langkah mereka yang semakin menjauh, kutatap kepergian obachan dan anak lelaki yang berjalan goyah itu dengan perasaan berkecamuk menjadi satu. Pikiranku lalu menerawang, menembus lorong ruang dan waktu. Melayang, meninggalkan sosok tubuhku yang masih berdiri tak bergeming, takjub dengan sebuah keajaiban cinta.

Cinta seorang ibunda kepada anak-anaknya memang membuat kita selalu terpesona. Jikalau kasih seorang anak adalah sepanjang galah, kasih ibunda tentu sepanjang jalan. Bahkan andaikan kasih anak itu sepanjang jalan, maka kasih ibunda adalah sepanjang masa.

Obachan itu pasti tak pernah tahu bahwa ada surga di telapak kakinya, sehingga ia merasa perlakuannya biasa-biasa saja. Namun bagiku, ia adalah seorang wanita istimewa yang di sisinya selalu ada cinta, karena amanah berupa seorang anak yang cacat mental hanya dianugerahkan kepada wanita-wanita istimewa.

ALLAHua'lam bi shawab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

Abu Aufa
Rabu, 28 April 2010

Hanya Ingin Kau Berubah

Maafkan uni mengganggumu saat tidur tapi...ini sudah waktunya kau salat subuh. Walau berat mata ini, cobalah kau paksa untuk mengerjakan salat yang hanya 5 menit dengan waktu yang sedikit dibanding waktu tidurmu yang sejam bahkan lima jam berlalu. Tapi, Uni hanya ingin kamu salat. Salahkah???
Maaf bila Uni mematikan tape mu karena sudah waktunya kamu mengaji. Ngaji saja dulu, minimal 1 menit bukankah wktu mendengarkan lagu dan bersantaimu lebih banyak dari pada waktumu mengaji yang tidak ada seper2nya. Uni hanya ingin kamu bisa mengaji dan khatam al qur'an meskipun untuk yang pertama kali.

Maafkan Uni bila terkadang tidak membangunkanmu untuk pergi sekolah meski Uni tak tega, karena hanya ingin memberi pelajaran padamu yang selalu menggunakan kata "nanti" kalau disuruh, termasuk disuruh bangun untuk bernagkat sekolah setelah bangun dan kembali tidur lagi. Yang hingga akhirnya kau bagun kesiangan meski sudah ada yang membangunkanmu. Itu hanya pelajaran agar kau menghargai waktu dan berusaha untuk disiplin waktu.

Aku hanya ingin berkata. Aku sayang padamu, saking sayangnya aku pada mu hingga tidak ingin suatu kesalahan kau perbuat. Aku hanya ingin menjagamu. Seperti aku menjaga diri ku sendiri. Aku rela kau benci. Aku rela kau tak anggap aku sebagai Kakakmu, Aku rela kau usir hadirku dalam hidupmu, aku rela kau palingkan wajahmu dari ku, aku rela tak ada sedikit kata maaf untukku. Hanya satu yang aku mau belajarlah untuk menghargai hidup ini, belajarlah untuk bisa berkarya meskipun hanya menjadi anak yang penurut. Belajarlah untuk menghargai waktu, karena kedisiplinan bukanlah dari orang dan disiplin adalah harga yang mahal dalam hidup kita. Karena orang akan cerdas karena disiplin, ia akan dihargai karena disiplin, ia akan dicintai karena disiplin. Aku ingin kau bisa mengkhatamkan alqur'anmu, aku ingin kau menunaikan nazar untuk salat lima waktu.

Aku tahu kau bukan musuhku, dan kau pun bukanlah orang lain dalam hidupku.... Karena itu aku ingin kau bisa berubah.

Aku berkata itu bukan berarti aku orang yang disiplin, bukan berarti aku orang yang pandai menghargai waktu tetapi, aku orang bodoh yang ingin berusaha memanfaatkan waktu sebaiknya sebelum ajal menjemputku, karena aku sedang mempersiapkan mencari jawaban dari pertanyaan malaikat izroil tentang masa mudaku yang digunakan untuk apa, tentang waktuku yang dihabiskan untuk apa. Itulah yang sedang aku persiapkan, dari yang aku persiapkan. Semoga kita bisa menjawabnya dengan jawaban yang memuaskan Izroil. Karena sebenarnya Allah mencari hambaNya yang selalu menangis karena waktunya lebih sedikit dari pada pekerjaannya yang itu semua tentunya dalam kontek kebaikan dunia akhirat. INGATLAH, aku sayang pada kalian melebihi diriku sendiri dan aku rela dibenci. Karena aku hanya ingin kalian juga disayang ALLAH.



----
Dian Kartika Sari
www.lailanahwa.multiply.com

RAHASIA KASIH SAYANG ALLAH

Begitu tidak terhingga kasih sayang Allah kepada manusia. Allah ciptakan bumi tempat berdiam. Allah ciptakan langit sebagai atapnya. Dari langit ini Allah kirimkan hujan untuk menghidupkan bumi, dan menumbukan pohonan. Lalu dari pohonan itu Allah keluarkan buah-buahan yang aneka ragam ( QS Al Baqarah : 21-22 ). Tidak hanya itu, Allah juga menciptakan laut untuk berlayar, didalamnya terdapat aneka ragam ikan yang Allah halalkan untuk manusia. Di daratan juga Allah ciptakan binatang-binatang yang dihalakan. Tanpa ini semua manusia tentu tidak bisa bertahan. Penghidupan di atas dunia pasti kurang sempurna.

Imam Ar Razi ketika menafsirkan " arrahmanurrahiem " ( Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ) dalam surat Al-Fatihah, mengungkap betapa kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya sungguh demikian tak terhingga. Ada dua kisah – kata Imam Ar Razi – dalam hal ini yang sangat menarik : Pertama kisah pengalaman Ibrahin bin Adham. Ibrahim menceritakan bahwa suatu hari ia pernah disuguhi makanan oleh suatu kaum yang ia kunjungi. Ketika hendak menyuapnya, tiba-tiba dating seekor gagak mengambil makanan itu. Ibrahim segera mengintai kemana gagak itu pergi. Tidak beberapa jauh gagak itu tiba-tiba menjatuhkan makanan yang diambilnya itu ke sebuah tempat. Ibrahim segera pergi ke tempat itu. Sesampainya di sana Ibrahim tahu, bahwa ternyata makanan tersebut dijatuhkan ke mulut seorang yang sedang terbaring dalam keadaan terikat. Maha suci Allah yang telah menggerakkan gagak ini untuk membantu hambanya yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Kisah kedua – kata Imam Ar Razi terjadi pada Dzin Nun. Dzin Nun bercerita "Suatu hari saya merasa tidak enak di dalam rumah. Saya segera keluar. Saya ikuti langkah saya yang tidak pasti. Sampai kemudian saya tiba di tepi sungai Niel. Di sana saya tiba-tiba melihat seekor kalajengking yang begitu kekar, berjalan menuju sungai Niel. Saya ikuti arah jalannya. Dan ternyata di tepi sungai itu sudah ada seekor kodok yang nampak sedang menunggunya. Kalajengking itu langsung melompat ke kodok tersebut. Kodok segera berangkat, berenang menggendong si kalajengking ke tepi sungai Neil yang lain. Saya segera mengikutinya dengan mengendari sebuah perahu kecil. Di sana saya menyaksikan kejadian yang sungguh mengagumkan. Saya melihat seorang anak muda yang sedang tidur di bawah rindang sebuah pohon. Di sampingnya ada seekor ular yang hendak menyerangnya. Namun ternyata kemudian Kalajengking itu melompat ke ular tersebut. Lalu terjadilah pertarungan yang seru antara kedua mahluk itu. Sampai keduanya sama-sama mati. Dan si anak muda tetap tidur nyenyak ". ( Mafaatihul Gahib : karya Ar Razi : jilid : 1, hal. : 237 ) Maha suci Allah yang telah mengutus seekor Kalajengking dan seekor kodok untuk menyelamatkan seorang hambanya yang sedang tidur nyenyak itu.

Bukti lainnya kita saksikan di dalam diri kita. Allah ciptakan jantung yang sangat menentukan bagi hidup dan tidaknya tubuh yang kita miliki. Allah ciptakan mata untuk melihat. Allah ciptakan tangan, kaki, pendengaran. Allah ciptakan akal. Tanpa itu semua kita akan mati. Kemanusiaan kita tidak akan berfungsi. Allah tahu bahwa akal kita sangat terbatas. Ia butuh bimbingan wahyu untuk bagaimana menjalani hidup kemanusiannya di muka bumi. Karena itu - agar tidak bingung - Allah utus nabi-nabi. Tugas mereka adalah membimbing manusia bagaimana cara hidup. Dan kepada nabi terakhir Muhammad SAW, Allah turunkan syariat yang lengkap yaitu " Al-Qur'an ".

Dengarkan Al-Qur'an memulai suratnya " Al-baqarah " dengan ayatnya " alif laam miem, dzaalikal kitabu laa raiba fieh hudan lil muttaqien " (alif laam miem, inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. Sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa). Masih ragukah manusia dengan penegasan ini? Tapi mengapa masih banyak di antara manusia yang sombong. Ia tidak mau bimbingan Allah. Ia lupakan semua nikmat-nikmat dan kasih sayang Allah yang tak terhingga itu. Ia lantas mengaku independent. Akal yang dimilikinya dituhankan. Ia merasa tidak butuh lagi bimbingan wahyu. Padahal ia sangat tergantung terhadapNya. Ia tidak bisa hidup tanpaNya.

Amir Faishol Fath

SUARA YANG DIDENGAR MAYAT

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga: Keluarga, Hartanya, Dan Amalnya.

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu Tinggal Bersamanya; Keluarga Dan Hartanya Akan Kembali Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.

Ketika Roh Meninggalkan Jasad...
Terdengar Suara Dari Langit Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia,
Atau Dunia Yang Meninggalkanmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan,
Atau Kekayaan Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menguburmu."

Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan....
Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat
Mengapa Kini Terkulai Lemah
Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih
Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara
Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar
Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa
Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia
Mengapa Kini Raib Tak Bersuara

Ketika Mayat Siap Dikafan...
Suara Dari Langit Terdengar Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan
Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha Allah
Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah
Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan
Nun Jauh Tanpa Bekal
Kau Telah Keluar Dari Rumahmu
Dan Tidak Akan Kembali Selamanya
Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung....
Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Tobat
Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Dishalatkan.... Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan.. Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika Mayat Dibaringkan Di Liang Lahat....
Terdengar Suara Memekik Dari Langit,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia
Untuk Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di Sini
Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Dahulu Kau Tertawa Kini Dalam Perutku Kau Menangis
Dahulu Kau Bergembira Kini Dalam Perutku Kau Berduka
Dahulu Kau Bertutur Kata Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika Semua Manusia Meninggalkannya Sendirian....
Allah Berkata Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku..... Kini Kau Tinggal Seorang Diri Tiada Teman Dan Tiada Kerabat Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap.. Mereka Pergi Meninggalkanmu.. Seorang Diri Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku Hari Ini,.... Akan Kutunjukan Kepadamu Kasih Sayang-Ku Yang Akan Takjub Seisi Alam Aku Akan Menyayangimu Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya. Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman, "Wahai Jiwa Yang Tenang Kembalilah Kepada Tuhanmu Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba-Ku Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku

Ya Alloh...

Ya Allah,
Telah banyak rintangan yang hamba lalui
Telah banyak cobaan yang hamba jalankan
Tapi, Ya Allah ...
Hamba merasa semua rintangan dan cobaan itu
mungkin hanya rintangan dan cobaan kecil bagi-Mu

Ya Allah,
Hamba ini hanyalah seorang yang hina
Hamba hanyalah seorang yang pernah lupa pada diri-Mu

Ya Allah,
Hamba mohon ampun ...
Ampuuun ...
Maafkanlah kesalahan hamba di tahun-tahun yang lalu
Maafkanlah kesalahan hamba yang telah melupakan-Mu
Menelantarkan-Mu ...
dan menghiraukan-Mu ...

Hamba berdosa ...
Hamba ingin bertobat ... Ya Allah ...
Lindungi mata hamba ... telinga hamba ... mulut hamba
dan seluruh tubuh hamba Ya Allah ...
Lindungi dari segala perbuatan yang negatif ...
perbuatan yang dapat menuntun hamba kejalan yang pernah hamba lalui dulu ...

Ya Allah,
Tak puas-puasnya hamba meminta permohonan maaf-Mu
Tak puas-puasnya hamba menitikkan air mata ini di atas sajadah-Mu ...
Tak puas-puasnya hamba meneriakkan nama-Mu ...
Astaghfirullah Hal adziiim ...

Maafkan hamba ...
Terimalah tobat hamba yang nista ini, Ya Allah ...
Ampunkanlah segala dosa yang pernah saya dan juga teman2 saya
Maafkanlah kami semua ... Maafkanlah kesalahan seluruh umat-Mu
Ya Allah ...

Amiin ...

Dalam genggaman cinta mu

Oleh : Laila

Dalam Genggaman Cinta mu
Ibu....Dalam genggaman cintamu
Dulu aku masih dalam buaian cintamu
Dulu kau memblaiku dengan sayang
Dulu kau memelukku dngan kehangatan
Dulu kau lindungi aku dari segala bahaya
Dulu kau selalu membawaku kemanapun kau pergi

Dan...kini aku telah dewasa
Yang selalu memikirkan diriku sendiri
Yang selalu pergi kemanapun yang aku suka tanpa mu
Yang selalu melakukan tindakan tanpa izinmu
Yang merasa tidak serasi berjlan dngan mu
Ibu...Aku tahu hatimu terluka
Saat aku berkta kasar padamu
Saat tingkahku tak sesuai dengan ajaranmu
Saat ku tak lagi menuruti nasihatmu
Saat ku tak lagi perduli dengan mu

Ibu...
Maafkanlah aku
Yang jarang mengingat buaian mu
Yang lupa akan kasih sayang mu
Yang selalu sok tahu dan sok pintar akan hidupku
Keluh ku kau dengarkan, tapi tangismu ku hiraukan

Ibu...
Suatu saat aku akan seperti mu
Menjadi ibu dari anak-anak ku
Saat segenap raga kan kuberikan untuk anak-anakku
Sama seperti kau memberikan waktu dan cintamu hanya untuk ku

Ibu...
Maafkan aku
Yang tak begitu memperhatikan kesehatanku
Yang tak memperdulikan berapa kerutan diwajah mu
Yang yak merasakan tangis dan ceria mu
yang tak pernah memberikan kebanggaan padamu

kini aku hanya bisa menyesali dan berdoa untuk mu
Saat hujan tak lagi menyapa mu
Saat butiran-butiran pasir mulai membentuk gundukan
Hingga hanya nisanmu yang basah dan menguning



-------
www.lailanahwa.multiply.com

Embun di Daun Semanggi

Author: Abu Aufa


Alkisah di sebuah istana, Putri Murasaki sedang sakit berat, karena itu Ratu Akashi pun berkenan mengunjunginya. Selama mereka berbincang-bincang, angin musim gugur bertiup, daun semanggi pun berayun-ayun, indah berkilauan diterpa matahari senja.

Tak lama Pangeran Genji datang menghampiri, ia melihat sang putri sedang bangun dan menatapi taman. Pangeran terkejut, dan bertanya, "Duhai Putri apakah engkau baik-baik saja? Senang-kah engkau berbincang dengan sang Ratu?" Putri Murasaki pun tersentuh hatinya karena ucapan sang Pangeran yang penuh kasih. Ia pun membuat sebuah puisi yang menggambarkan dirinya yang tak dapat hidup lebih lama lagi, laksana embun di daun semanggi yang cepat menghilang.

Seraya memandangi pohon semanggi yang berayun-ayun, seperti akan menjatuhkan embun-embunnya, Pangeran Genji membuat balasan untuk puisi itu sambil menitikkan air matanya. Dengan tangan digenggam oleh Ratu, Putri Murasaki mengakhiri hidupnya yang singkat seperti embun menjelang fajar.

Ikhwah fillah rahimakumullah, Kisah diatas adalah sebuah Genji monogatari* dari Jepang. Sebuah kisah yang menggambarkan sosok Putri Murasaki yang usianya begitu singkat, laksana embun-embun di daun semanggi. Di dunia ini bukankah kehidupan kita pun bagaikan embun, ia menghilang ketika fajar menjelang, tidaklah mungkin untuk merubah takdir siapa yang mendahului dan siapa yang ditinggalkan, karena itu semua telah ditakdirkan oleh-Nya.

Dulu (atau sekarang masih?) kalau kita ikut ceramah di masjid-masjid, lalu ustadznya ngomong masalah kematian kadang kita ngedumel, "Nih ustadz, ceramahnya mati melulu, lha masih muda kok diingetin mati sih. Belum nikah bo!!!" Lebih-lebih lagi kalo ustadznya udah nakutin-nakutin, "Ntar kalo mati itu kasurnya tanah, temannya ulat, sendirian, gelap gulita, bla...bla...bla...," pokoknya yang serem-serem, jadi tambah gondok. Dalam hati langsung berkata, "Ih...nih ustadz, reseh banget, pake' nakut-nakutin lagi. Auk ah gelap!!!" Biasanya ustadz-ustadz yang suka ngomongin masalah kematian 'peminatnya' dikit, coba kalo tema ceramahnya tentang pernikahan, cinta, dan yang 'sebangsa' bisa melimpah ruah hingga emperan gedung :-)

Walaupun pernikahan merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW, namun dalam Islam kita juga diingatkan untuk selalu banyak-banyak mengingat kematian, karena orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.

Mati itu juga bukan haknya orangtua aja kan, tapi ia bisa terjadi pada siapa saja, baik ia orangtua, yang masih muda, bahkan anak-anak kita. Ia bisa terjadi kepada orang miskin papa, pengemis yang selalu menengadahkan tangan mengharap belas kasihan, orang yang kaya raya hingga 7 turunan, presiden, raja (termasuk Raja Chatting), hingga pengangguran. Kematian bisa juga menyergap seorang Putri Murasaki, bahkan Putri-nya Ramli, si Raja Chatting :D (baca tausyiah sebelumnya, Ramli Si Raja Chatting).

Dan kematian bukanlah sesuatu yang harus kita benci, karena kematian adalah bagaikan jalan pertemuan dengan Allah, dan barang siapa yang membenci pertemuan dengan-Nya, maka Allah pun membenci pertemuan dengannya [Bukhari dan Muslim]. Kita harus selalu siap saat kematian itu menyergap kita, dan selalu mempersiapkan diri ini dalam keadaan yang diridhoi-Nya.

Menurut Said Hawwa dalam bukunya Mensucikan Jiwa, cara untuk mengingat kematian adalah dengan mengosongkah hati ini dari segala sesuatu kecuali dzikrul maut, dan caranya adalah dengan mengingat saudara-saudaranya yang telah mendahului. Bukankah orang yang paling berbahagia adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain? Bahkan Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, "Tidakkah kalian melihat bahwa kalian setiap hari menyiapkan orang yang pergi dan pulang kepada Allah, kalian meletakkannya di atas tanah dan membantalkan tanah dengan meninggalkan para kekasih dan terputus segala upaya."

Dengan terus menerus menghadirkan pikiran-pikiran tersebut, mengunjungi orang-orang yang sakit dan menghadiri upacara penguburan, itu merupakan salah satu jalan dzikrul maut. Bahkan, Ar-Rabi' bin Kha Khaitsam menggali kuburan di rumahnya dan setiap hari ia tidur di dalamnya beberapa kali untuk senantiasa mengingat kematian. Bahkan ia berkata, "Seandainya mengingat kematian berpisah dari hatiku sesaat saja, niscaya hatiku rusak." Emang sih dunia ini diciptakan indah dalam pandangan mata. Dihiasi taman-taman bunga yang indah, anak-anak sebagai penghibur diri, istri yang cantik, suami yang ganteng, makanan yang beraneka rupa, harta, tahta, dll. Namun semua itu pada akhirnya juga akan kita tinggalkan, tak ada yang terbawa ke alam kubur kecuali hanya kain kafan untuk membungkus diri ini.

Kematian memang mestinya tak perlu menjadi sesuatu yang ditakuti, karena niscaya ia akan datang menghampiri pada waktunya nanti. Dan sesungguhnya yang terpenting adalah mempersiapkan diri ini hingga kelak kematian itu menjadi indah. Isy kariman aw mut syahidan, hidup mulia atau mati syahid, demikian pesan Sayyid Qutb!

Selamat berjuang untuk hidup secara mulia di dunia ini ya akhi wa ukhti fillah, mulia dipandangan manusia terlebih lagi mulia dipandangan Allah SWT, hingga kematian syahid menemui kita.

Wallahu a'lam bishshawab.
Jumat, 23 April 2010

Mampukah aku ya Rabb

Pagi ini, kembali aku terpekur dengan kesepianku
Kesepian? Barangkali aneh, karena aku memiliki seorang anak yang lucu, suami yang baik, adik-adik yang baik, seorang Ibu yang mencintaiku, tapi masih juga aku merasa kesepian.

Ah, barangkali aku terlalu rakus menikmati dunia ini
Hingga jarang ucap syukur keluar dari mulutku
Yang ada hanya keluh dan kesah tanpa melihat betapa kenikmatan itu telah banyak aku rengkuh

Ya Allah, izinkan aku memohon kepada-Mu ya Rabb
Ampunkan aku ya Kudus, setiap detikku selalu ada perbuatan makisat yang entah kusengaja atau tidak

Pagi bangun tidur aku melakukan aktivitas rutin. Bangun pagi (walau kadang-kadang malas), ngeloyor ke dapur dengan setengah sadar, kuambil cerek (tempat rebus air minum) dan kutuang air, kuputar tombol kompor gas, kusiapkan tiga cangkir bersih yang kutaruh teh celup di dalamnya.

Sambil menunggu air mendidih aku mandi dan selesai mandi kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaan pertamamku, menuang air ke cangkir dilanjutkan menuang air untuk mandi suamiku tercinta. Mengambil handuk adalah tugas berikutnya yang aku lakukan dan membangunkan sang raja (saya suka memakai istilah ini karena saya begitu mencitai suami) dari peraduannya untuk segera membasuh sekujur tubuhnya, sementara suami ke kamar mandi, aku menyempatkan diri untuk menghadap Illahi, Rabb, Tuhan yang memiliki hidupku. Tidak lama, hanya sekitar 3 sampai 5 menit.

Ya, Allah..
Ampunkan hamba ya Rabbi, yang hanya menyisihkan sedikit waktuku untuk-Mu
Dari sejak mata ini terbuka saat bangun pagi
Sampai mata ini harus terpejam lagi untuk mengambil jatah istirahatku
Rasanya lebih banyak maksiat yang kulakukan dari pada mengingat Engkau ya Allah

Sambil bersiap berangkat kerja, televisi pun sudah mulai ditonton, apa yang ditonton? Lebih banyak hiburan-hiburan yang menonjolkan aurat, lebih banyak pandangan-pandangan indah yang mengarah ke jalan kemaksiatan, suguhan sarapan pagiku bukan suguhan yang menambah Iman dan Islam, tetapi jauh mengarah untuk meninggalkan akidah. Sungguh pintar para pelaku bisnis di bidang pertelevisian, mereka menjeratku dan keluarga bahkan keluarga-keluarga yang lain dengan santapan yang tidak disadari akan menjauhkan kita dari akidah, hal-hal yang menuntun kita untuk mengikuti kehendak setan.
Lagi-lagi dada yang terbuka, kepala perempuan gundul plontos, paha-paha yang sengaja dipamerkan, pantat yang sengaja ditonjolkan, Astagfirullah..

Ya Allah ampunkan mata ini yang dengan sengaja menikmati hal-hal yang bukan hak kami, mohon ampun ya Rabbi.
Ya Allah, gerakkan hati kami untuk mencari tontonan yang mengajarkan kebaikan kepada kami, yang meneguhkan hati dan iman kami, gerakkan hati kami ya Allah, ampuni mata kami yang dengan liar menikmati tontonan maksiat itu ya Rabbi

Tidak sadar, jam didinding telah menunjukkan pukul 06.00, saat dimana aku dan suamiku harus segera beranjak dari nikmatinya tontonan maksiat itu dan segera pergi ke tempat kerja, untuk menyambung hidup keluarga dan anakku tercinta. Setelah sebentar menggendong si buah hati dan menciumnya secara bergantian, aku dan suamikupun beranjak pergi, dengan mengucapkan Assalamu'alaikum dan da..da..buat si kecil.

Setelah beberapa meter dari rumah, Astagfiruulah.. Ya allah, aku lupa menyebut nama-Mu untuk mengawali hariku pun tidak terucapkan doa saat aku harus pergi! Ampunkan kealpaanku ya Rabbi, ampun keteledoranku ya Kudus, ampuni kami yang sombong dan terlalu mengejar dunia.

Setelah ingat aku baca doa sambil jalan bergegas, ya Allah.aku lupa lagi, tidak meniatkan kepergianku untuk beribadah kepada-Mu ya Allah. Hanya rutinitas, rutinitas dan rutinitas, lupa lagi lupa lagi, selalu dan selalu, ampunkan kami ya Allah, janganlah Engkau bosan menegur kami ya Kudus, ya Rahman ya Rahim..

Kuniatkan aku bekerja untuk mencari nafkah terlebih untuk beribadah kepada Allah sekedar membantu suami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bukan mencari karir atau popularitas diri. Setelah sampai di kantor, aku langsung menarik kursiku, kududuki dan ya Allah. aku lupa lagi!!!

Ya Allah.aku tidak mengucapkan syukur Alhamdulillah sementara
Engkau telah mengantarku sampai dikantor dengan selamat, ampun lagi ya Rabb. Walau terlambat kusebut juga nama-Mu ya Allah, terlambat.dan selalu terlambat.

Rutinitas kerja membuat aku harus konsentrasi sampai sering melupakan-Mu ya Rabb. Bahkan dalam bekerja sering emosi meletup-letup hanya masalah sepele saja, tak pernah terpikir olehku secara sadar bahwa kerjaku sesungguhnya hanya pantas untuk mengharapkan keridhoan-Mu. Kadang, selain urusan kantor juga urusan rumah tangga yang sebenarnya tidak perlu aku sikapi dengan emosi tinggi, tapi karena kebodohanku secara tidak sadar aku sering menyelesaikan masalah rumah tanggaku dengan emosi dan amarah.

Bahkan sering menyakiti hati suamiku yang seharusnya aku patuhi setelah aku mematuhi-Mu ya Allah. maafkan aku suamiku, pembimbing hidup, ampunkan aku ya Rabb, selalu dan selalu tidak pernah menyadari bahwa hidupku hanya pantas mengharapkan ridho'-Mu karena segalanya adalah milik-Mu.

Tiba-tiba bunyi bel tanda istirahat siang sudah dimulai, tepat jam 12.00 security selalu mengingatkan kami, tapi...kenapa tak dengar suara adzan ya???
Ya Allah.aku lupa lagi, bukan bergegas menuju mushola untuk sejenak mengingat-Mu, tapi malah asyik masyuk dengan game di komputerku.
Bentar lagi ah.bisik hatiku.lagi seru nih..walau perut keroncongan tetap saja nekat main game. Tak sadar bel sudah bunyi lagi, belum sholat?? Belum makan? Sebentar lagi bos datang ngajak meeting? Ya Allah mana dulu nih????? Daripada sholat dulu tapi perut lapar, sholat gak kusyuk, makan dulu ah.pikirku begitu.

Selesai makan.aduh kenyang banget..ya Allah.aku lupa lagi tidak menyebut asma-Mu saat suap demi suap mulai masuk ke dalam mulutku, bahkan sampai akhir pun lupa tidak kuucap Alhamdulillah.ampun aku ya Allah.aku lupa lagi. Bergegas, akhirnya aku sholat juga, walau hanya sebentar dan tidak kusyuk karena sudah terbayang sederet problem yang akan dibahas di dalam forum meeting.

Masuk ruang meeting, ternyata sampai habis sholat ashar baru selesai, sholatku telat lagi ya Allah..sebentar lagi jam setengah enam, menjelang maghrib. Ah.aku harus bergegas pulang karena buah hatiku sudah menanti, pun tidak ingin dianggap tidak memperhatikan suami dan anak karena terlalu sering pulang telat.

Nekat kukejar bis yang melaju agak perlahan dan ups.lompat aku bisa juga nyangkut dipinggir pintu bis penuh sesak, berdiri...tak apalah yang penting cepet sampai rumah walau keringat bercucuran.

Ya Allah.maghribku hilang...di atas jalan tol di bis yang penuh sesak, ah siapa tahu masih dapat waktu walau hanya 5 menit menjelang isya'. Tapi.ternyata sudah lewat isya' baru sampai rumah, permataku sudah tidur, bahkan pada saat aku coba mengganggu suamiku suka menegurku agar tidak diganggu, kasihan katanya. Apa boleh buat, aku urungkan niatku sesuai nasehat suamiku, walau hati ini teriris..aku sangat merindukan buah hatiku...

Aku mandi, makan malam sama suami (itu kalau suamiku sabar menungguku), sebentar nonton TV kalau gak terlalu capek, masuk kamar langsung tidur. Ya Allah.aku sering lupa sholat isya...tidur sampai pagi, sampai aku harus mengulangi lagi aktivitasku. Sedikit waktuku untuk berbagi dengan permataku, sedikit waktuku berbagi dengan suami tercintaku bahkan lebih sedikit lagi waktuku untuk mengingat -Mu ya Allah..ampunkan aku.ampunkan aku.ampunkan aku ya Allah....

Tujuh Langit, Tidak Berarti Tujuh Lapis

Menarik menyimak argumentasi para peminat astronomi tentang makna sab'a samaawaat (tujuh langit). Namun ada kesan pemaksaan fenomena astronomis untuk dicocokkan dengan eksistensi lapisan-lapisan langit.

Di kalangan mufasirin lama pernah juga berkembang penafsiran lapisan-lapisan langit itu berdasarkan konsep geosentris. Bulan pada langit pertama, kemudian disusul Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, dan Saturnus pada langit ke dua sampai ke tujuh.

Konsep geosentris tersebut yang dipadukan dengan astrologi (suatu hal yang tidak terpisahkan dengan astronomi pada masa itu) sejak sebelum zaman Islam telah dikenal dan melahirkan konsep tujuh hari dalam sepekan. Benda-benda langit itu dianggap mempengaruhi kehidupan manusia dari jam ke jam secara bergantian dari yang terjauh ke yang terdekat.

Bukanlah suatu kebetulan 1 Januari tahun 1 ditetapkan sebagai hari Sabtu (Saturday -- hari Saturnus -- atau Doyobi dalam bahasa Jepang yang secara jelas menyebut nama hari dengan nama benda langitnya). Pada jam 00.00 itu Saturnus yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia. Bila diurut selama 24 jam, pada jam 00.00 berikutnya jatuh pada matahari. Jadilah hari berikutnya sebagai hari matahari (Sunday, Nichyobi). Dan seterusnya.

Hari-hari yang lain dipengaruhi oleh benda-benda langit yang lain. Secara berurutan hari-hari itu menjadi hari Bulan (Monday, getsuyobi, Senin), hari Mars (Kayobi, Selasa), hari Merkurius (Suiyobi, Rabu), hari Jupiter (Mokuyobi, Kamis), dan hari Venus (Kinyobi, Jum'at). Itulah asal mula satu pekan menjadi tujuh hari.

Pemahaman tentang tujuh langit sebagai tujuh lapis langit dalam konsep keislaman mungkin bukan sekadar pengaruh konsep geosentris lama, tetapi juga diambil dari kisah mi'raj Rasulullah SAW. Mi'raj adalah perjalanan dari masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha yang secara harfiah berarti 'tumbuhan sidrah yang tak terlampaui', suatu perlambang batas yang tak ada manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur'an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana sidratul muntaha itu.

Secara sekilas kisah mi'raj di dalam hadits shahih sebagai berikut: Mula-mula Rasulullah SAW memasuki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya baitul Ma'mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.

Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam ('pena'). Dari sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat di Iraq dan sungai Nil di Mesir.

Jibril juga mengajak Rasulullah SAW melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-Qur'an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya. Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah shalat wajib.

Lapisan Langit?
Langit (samaa' atau samawat) di dalam Al-Qur'an berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu, dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak dikenal dalam astronomi.

Ada yang berpendapat lapisan itu ada dengan berdalil pada QS 67:3 dan 71:15 sab'a samaawaatin thibaqaa. Tafsir Depag menyebutkan "tujuh langit berlapis-lapis" atau "tujuh langit bertingkat-tingkat". Walaupun demikian, itu tidak bermakna tujuh lapis langit. Makna thibaqaa, bukan berarti berlapis-lapis seperti kulit bawang, tetapi (berdasarkan tafsir/terjemah Yusuf Ali, A. Hassan, Hasbi Ash-Shidiq, dan lain-lain) bermakna bertingkat-tingkat, bertumpuk, satu di atas yang lain.

"Bertingkat-tingkat" berarti jaraknya berbeda-beda. Walaupun kita melihat benda-benda langit seperti menempel pada bola langit, sesungguhnya jaraknya tidak sama. Rasi-rasi bintang yang dilukiskan mirip kalajengking, mirip layang-layang, dan sebagainya sebenarnya jaraknya berjauhan, tidak sebidang seperti titik-titik pada gambar di kertas.

Lalu apa makna tujuh langit bila bukan berarti tujuh lapis langit? Di dalam Al-Qur'an ungkapan 'tujuh' atau 'tujuh puluh' sering mengacu pada jumlah yang tak terhitung banyaknya. Dalam matematika kita mengenal istilah "tak berhingga" dalam suatu pendekatan limit, yang berarti bilangan yang sedemikian besarnya yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Kira-kira seperti itu pula, makna ungkapan "tujuh" dalam beberapa ayat Al-Qur'an.

Misalnya, di dalam Q.S. Luqman:27 diungkapkan, "Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai pena dan lautan menjadi tintanya dan ditambahkan tujuh lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah." Tujuh lautan bukan berarti jumlah eksak, karena dengan delapan lautan lagi atau lebih kalimat Allah tak akan ada habisnya.

Sama halnya dalam Q. S. 9:80: "...Walaupun kamu mohonkan ampun bagi mereka (kaum munafik) tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampun...." Jelas, ungkapan "tujuh puluh" bukan berarti bilangan eksak. Allah tidak mungkin mengampuni mereka bila kita mohonkan ampunan lebih dari tujuh puluh kali.

Jadi, 'tujuh langit' semestinya difahami pula sebagai benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan-lapisan langit.

Lalu apa makna langit pertama, ke dua, sampai ke tujuh dalam kisah mi'raj Rasulullah SAW? Muhammad Al Banna dari Mesir menyatakan bahwa beberapa ahli tafsir berpendapat Sidratul Muntaha itu adalah Bintang Syi'ra, yang berarti menafsirkan tujuh langit dalam makna fisik. Tetapi sebagian lainnya, seperti Muhammad Rasyid Ridha juga dari Mesir, berpendapat bahwa tujuh langit dalam kisah isra' mi'raj adalah langit ghaib.

Dalam kisah mi'raj itu peristiwa fisik bercampur dengan peristiwa ghaib. Misalnya pertemuan dengan ruh para Nabi, melihat dua sungai di surga dan dua sungai di bumi, serta melihat Baitur Makmur, tempat ibadah para malaikat. Jadi, saya sependapat dengan Muhammad Rasyid Ridha dan lainnya bahwa pengertian langit dalam kisah mi'raj itu memang bukan langit fisik yang berisi bintang- bintang, tetapi langit ghaib.

(media.isnet.org )

Kisah Azlina, Saat Dua Jam Mati Suri di MMC Melaka Diperlihatkan Berbagai Kejadian di Akhirat

Sempat dinyatakan meninggal dunia, Aslina alias Iin (23) ternyata mengalami mati suri selama dua jam dan koma dua hari dua malam. Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bengkalis itu mengaku selama mati suri, ia diperlihatkan berbagai kejadian alam barzah dan akhirat, serta beberapa kejadian yang menyangkut amal dan perbuatan manusia selama di dunia.

Di hadapan sekitar 50-an orang, terdiri dari pegawai honor tenaga kesehatan Bengkalis, warga masyarakat serta sejumlah wartawan, Aslina, Rabu (3/9) kemarin, di aula studio TV Sri Junjungan Televisi (SJTV) Bengkalis, mengisahkan kejadian ghaib yang dialaminya itu.

Menurut penuturan Iin yang didampingi pamannya, Rustam Effendi, sejak tiga tahun lalu ia menderita penyakit kelenjar gondok alias hiper teroid. Karena penyakitnya itu, Pada 25 Agustus silam, gadis ini ditemani Rustam Effendi berobat ke rumah sakit Mahkota Medical Center (MMC) Malaka. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, dokter mengatakan operasi baru bisa dilakukan setelah tiga bulan, karena waktu itu tekanan darah tinggi.

Namun pada Sabtu (26/8) tengah malam, kondisi anak sulung tiga bersaudara ini kritis, koma. Sang paman sempat memandunya membaca dua kalimat syahadat dan kalimat toyibah (Lailahailallah) sebanyak dua kali.

Waktu ajal menjemput, tutur sang paman, Aslina sempat melafazkan kalimat toyibah dan syahadat. Secara perlahan-lahan gadis yang bekerja sebagai honorer di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bengkalis ini tak bernafas. Tepat pukul 02.00 waktu Malaysia, indikator monitor denyut jantung terlihat kosong atau berupa garis lurus.

Tak pelak situasi ini membuat Rustam sedih, kemudian beberapa dokter MMC Malaka terlihat sibuk memeriksa dan mengecek kondisi Aslina. Waktu itu dia sempat menghubungi keluarnya di Bengkalis untuk memberitahu kondisi terakhir Aslina. Untungnya setelah dua jam ditangani dokter, monitor terlihat kembali bergerak yang menandakan denyut jantung gadis yatim ini berdenyut lagi. Untuk perawatan lebih lanjut, Aslina dimasukan ke ruang ICU dan baru dua hari dua malam kemudian ia dinyatakan melewati masa kritisnya.

Bertemu Sang Ayah
Menurut pengakuan Aslina, dia melihat ketika nyawanya dicabut oleh malaikat. Waktu itu, nyawanya dicabut dari kaki kanan oleh malaikat. "Rasanya sangat sakit, kulit seperti disayat, dibakar dengan minyak,"tuturnya.

Setelah roh berpisah dengan jasad, dia menyaksikan orang-orang yang masih hidup dan jasadnya terbaring di tempat tidur. Kemudian dibawa dua malaikat menuju ke suatu tempat. Aslina mempunyai keinginan untuk bertemu dengan ayahnya yang sudah lama meninggal, bernama Hasan Basri. "Wahai ayahku bisakah aku bertemu denganmu. Aku sangat rindu, oh ayah," ucapnya.

Memang di tempat itu Aslina bertemu dengan sosok pria muda berusia 17 tahun dengan wajah bersinar dan berseri-seri. Melihat sosok pria muda tersebut, Aslina tetap ngotot ingin bertemu dengan sang ayah. Kemudian, kedua malaikat memperkenalkan bahwa pria muda tersebut adalah ayahnya. Tentunya dia tidak menyangka karena waktu meninggal dunia, ayahnya berusia 55 tahun.

Kemudian sang ayah bertanya kepada Aslina, maksud kedatangannya. Dia menjawab kedatangannya semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT. Sang ayah menyuruh Aslina tetap pulang untuk menjaga adik-adiknya di dunia. Namun Aslina menjawab bahwa dirinya ke sini, memenuhi panggilan Allah. Waktu itu juga, dia menyebut rukun Islam satu persatu.

Setelah berdialog dengan ayahnya, dua malaikat tadi membawa Aslina ke suatu tempat yang dipenuhi wanita memakai baju rapi dan berjilbab. Di situ, dia disalami dan dicium pipi kanan-kiri oleh wanita-wanita Muslimah tersebut. Tidak hanya itu, Aslina juga bertemu dengan 1.000 malaikat dengan wajah berseri dan seluruhnya sama.
Di tempat itu, Aslina duduk di kursi yang sangat empuk. Bila di dunia empuk kursi tersebut seakan dilapisi delapan busa. Ketika duduk, tiba-tiba sosok wanita berseri mirip dengan dirinya menghampiri. Dia bertanya kepada sosok wanita tersebut. "Saya adalah roh dan amal ibadah mu selama di dunia," kata wanita tersebut.

Kemudian Aslina ditemani amalnya (sosok wanita, red) dan dua malaikat menyaksikan beberapa kejadian di akhirat. Di antaranya, ada seorang pria berpakaian compang-camping, badannya bernanah dan bau busuk.

Tangan dan kaki dirantai sementara di atasnya memikul besi seberat 500 ton. Melihat kejadian itu, Aslina bertanya kepada amalnya. Rupanya pria tersebut semasa hidupnya suka membunuh dan menyantet (teluh) orang.

Kejadian selanjutnya yang ia lihat, seorang yang disebat dengan rotan panjang sehingga kulit dan dagingnya mengelupas dari badan. Ternyata orang tersebut selama hidup tak pernah sholat bahkan menjelang ajal menjemput pun tak pernah menyebut sahadat.

Aslina juga melihat, dua pria saling membunuh dengan kapak. Menurut keterangan amalnya, rupanya orang tersebut suka menodong dan memeras orang lain.
Kemudian gambaran, seorang ustat yang dihantam dengan lahar panas yang mendidih. Kembali Aslina bertanya. Ustad tersebut selama hidup suka berzina dengan istri orang lain.

Kejadian berikutnya, seorang ditusuk dengan pisau sebanyak 80 kali. Ini menunjukan orang tersebut suka membunuh dan tidak pernah dipertanggungjawabkan selama di dunia.

Kejadian terakhir, seorang ibu tua dihempaskan berkali-kali ke lantai. Di lantai tersebut terdapat pisau tegak dan dia tersungkur lalu mengenai tubuhnya, hingga mati. Gambaran tersebut menunjukan, selama hidupnya wanita tersebut merupakan anak durhaka, yang tidak mengakui ibunya yang pikun. Bahkan dia malu kepada orang lain.

Kisah tentang mati suri dan berbagai pengalaman ghaib yang dialami Aslina alias Iin (23), membuat heboh masyarakat Bengkalis, khususnya warga desa Pematang Duku, kecamatan Bengkalis, yang antara percaya dan tidak dengan cerita dalam mati suri itu. Berikut lanjutan kisah 'perjalanan ghaib' yang dituturkan Aslina Rabu silam di aula studio SJTV Bengkalis.

Menurut Aslina, setelah dirinya diperlihatkan dengan kejadian dan gambaran manusia, ia kemudian dibawa melewati malam yang sangat gelap gulita. Saking gelapnya, dia tidak bisa melihat amalnya dan dua malaikat yang mendampingi. Ketika kakinya berjalan tiga langkah, terdengar suara orang berzikir. Kemudian sang amal menyuruhnya untuk cepat menangkap suara tersebut. Tapi Aslina tidak bisa menangkap. Tiba-tiba waktu itu, lehernya dikalungi seutas rantai. Setelah dipegang ternyata rantai tersebut berupa tasbih sebanyak 99 butir.

Terdengar suara yang memerintahkan Aslina untuk berzikir selama dalam perjalanan. Dia berjalan lagi sepanjang tujuh langkah, namun waktunya sama dengan 10 jam waktu di dunia. Ketika sampai pada langkah ke tujuh, dia melihat wadah menyerupai tapak sirih berisi cahaya yang terpancar melalui lobang-lobangnya. Berkat cahaya tapak sirih tersebut, dia bisa melihat dan membaca tulisan Arab, berbunyi 'Husnul Khotimah'.

Di belakang tulisan itu terlihat gambar Ka'bah. Ketika melihat tulisan dan gambar Ka'bah seketika, dia dan amalnya tersenyum seraya mengucapkan Alhamdulillah.
Aslina mendekati cahaya itu dan mengambilnya, kemudian disapukan ke mukanya. Ketika malam yang gelap gulita itu menjadi terang benderang.

Nabi Muhammad
Setelah berjalan sekian jauh, dia mendengarkan suara azan yang suaranya tidak seperti di Indonesia, namun bernada Mekkah. Kepada amalnya, dia meminta waktu untuk menunaikan sholat. Setelah mengerjakan sholat, roh Aslina hijrah ke tempat lain dengan perjalanan 40 hari. Tempat yang dituju kali ini adalah Masjid Nabawi di Madinah. Di masjid itu dia menyaksikan makam Nabi Muhammad dan sahabatnya. Di makam Nabi ada pintu bercahaya, terlihat sosok Nabi Muhammad sedang memberi makan fakir miskin.

Tidak hanya itu di Masjid Nabawi, dia kembali diperlihatkan kejadian menakjubkan. Tiba-tiba cahaya 'Husnul Hotimah' yang ada di tangannya lepas, kemudian mengeluarkan api yang menerangi seluruh ruangan sehingga makam Nabi terlihat jelas. Waktu itu dari balik makam Nabi, dia melihat sosok manusia, berwajah ganteng menyerupai malaikat, kulit langsat, mata sayu, pandangan luas terbentang dan tajam. "Raut muka seperti orang Asia (oval, red) namun tidak kelihatan kepalanya. Tapi saya yakin sosok manusia tersebut adalah Nabi Muhammad," katanya.

Melihat peristiwa itu, lantas Aslina bertanya kepada malaikat dan amalnya. "Kenapa cahaya tersebut menerangi Nabi Muhammad, sehingga saya bisa melihat.
Dan kenapa wajah Nabi bercahaya?" Dijawab bahwa Anda adalah orang yang mendapat syafaat dan hidayah dari Allah. Mengenai wajah nabi yang bercahaya, karena selama mengembangkan agama Islam selalu mendapat tantangan.

Perjalanan tidak di situ saja, Aslina dan pengawalnya berbalik arah untuk pulang. Rupanya ketika dalam perjalanan pulang dia kembali menyaksikan, jutaan umat manusia sedang disiksa dan menderita di sebuah lapangan. Orang-orang tersebut meronta dan berdoa minta agar kiamat dipercepat. Karena sudah tak tahan lagi dengan siksaan. Mereka mengaku menyesal dan minta dihidupkan kembali agar bisa bertaubat. "Jarak Aslina dengan mereka hanya lima meter, namun tak bisa memberikan pertolongan," ujarnya.

Selama melihat kejadian itu, Aslina membaca Al Quran 30 juz, Hafis (hafal) dan khatam tiga kali. Kemudian membaca surat Yasin sebanyak 1000 kali dan shalawat kepada seluruh nabi (Adam sampai Muhammad). Aslina berlari sepanjang Arab Saudi atau sepanjang Sabang sampai Marauke seraya menangis melihat kejadian tersebut.

Aslina juga ingin diperlihatkan apa yang terjadi pada dirinya dikemudian hari. Namun sebelumnya dia diminta oleh malaikat untuk berzikir. Lamanya zikir yang dilakukan Aslina selama dua abad dan dua pertukaran zaman. Hal ini ditandai dengan 1 Syawal yang jatuh pada tanggal 31 Desember. Selesai berzikir, Aslina mendengar suara yang seperti ditujukan kepadanya.
"Sadarlah wahai umat-Ku, kau sudah Ku matikan.
Sampaikan kepada umat-Ku, apa yang Ku perlihatkan.
Sampaikan kepada umat-Ku, umat-Ku, Umat-ku."

Kejadian Aneh
Usai pengambilan gambar dan wawancara, terdapat kejadian aneh di gedung SJTV Bengkalis. Saat itu, Aslina sudah keluar dari ruangan menuju gedung Radio Pemda yang berjarak 25 meter. Ketika krew SJTV hendak mematikan monitor, ternyata tak bisa dimatikan. Namun anehnya muncul sosok bayangan putih bertubuh tegap dengan rambut terurai hingga ke pusar dan kepalanya bertanduk. Tentunya hal ini membuat para krew dan orang-orang yang menyaksikan heran, lantas momen ini diabadikan pengunjung dan krew SJTV.

Setelah Aslina keluar dari ruangan Radio Pemda, ditanyakan apakah sosok tersebut. Dia menjawab bahwa sosok tersebut merupakan jin. Menutup pengalaman ghaib anak penakik getah itu, sang Paman Rustam Effendi kepada wartawan menyebutkan, selama ini Aslina merupakan sosok yang pendiam dan kurang percaya diri (PD). Namun setelah kejadian ini banyak hal-hal yang berubah, mulai dari penampilan hingga tingkah laku. Bahkan dari warna kulitnya saat ini lebih bersih dan berseri. Mengenai amalannya, "Selama ini dia memang rajin mengerjakan shalat tahajud dan membaca Al Quran setiap hari," kata sang paman menutup kisah tersebut. ***

-------
Adi Sutrisno,
Wartawan Riau Mandiri

Waktu

Blog Archive

Pengikut